CONTOH PROPOSAL PKM AI (ARTIKEL ILMIAH) PENGEMBANGAN WILAYAH KOMODITAS
PROPOSAL PKM AI (ARTIKEL ILMIAH) POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
POTENSI
PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS KOMODITAS TANAMAN BUAH DI KABUPATEN BANYUMAS
BIDANG KEGIATAN:
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh:
Arifin Budi
Purnomo (A1C012025) (2012)
Amin Murtofiq (A1C012041) (2012)
Ahmad
Ihlas Nurkarim (C0A014036) (2014)
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
Potensi Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Tanaman Buah di Kabupaten Banyumas
Arifin Budi Purnomo 1), Amin Murtofiq 2), Ahmad
Ihlas N3)
Dibimbing oleh Ir.
S.H. Suseno. S.U 4)
1),
2) Jurusan Sosek. Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman
3)
Jur. DIII Adm. Keuangan, Fak. Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Jenderal Soedirman
4)
Dosen Jurusan Sosek. Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman
Abstrak
Kabupaten Banyumas sebagai daerah otonom memiliki
kewenangan menentukan kebijakan pembangunan wilayahnya. Sektor pertanian yang memegang peran bagi kontribusi
PDRB memerlukan kebijakan strategis pembangunan
berkelanjutan. Sub sektor tanaman buah
di Kabupaten Banyumas memiliki potensi produksi, serta permintaan pasar
potensial baik
konsumsi maupun bahan baku
industri. Saat ini produksi buah masih
tersebar di berbagai kecamatan dan diperlukan upaya penentuan prioritas
pengembangan buah berdasarkan potensi wilayah. Berdasarkan uraian tersebut
diperlukan penelitian mengenai buah basis di Kabupaten Banyumas. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis: 1) Potensi wilayah
basis komoditas buah (pisang, rambutan, durian, salak dan nangka); 2)
Pertumbuhan komoditas buah; dan 3) Prioritas pengembangan komoditas buah di
Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif dengan data sekunder yakni
data produksi buah 27 kecamatan di
Kabupaten Banyumas tahun 2010 sampai 2015. Analisis data yang digunakan yaitu analisis
SLQ, DLQ, Koefisien Lokalita, Koefisien Spesialisasi,
Net Shift, Shift and Share, Super
Impose, gabungan DLQ-SLQ, gabungan
SLQ-PP-PPW, serta Overlay. Hasil
penelitian menunjukan bahwa: 1) Wilayah basis komoditas buah (pisang,
rambutan, durian, salak dan nangka) di
Kabupaten Banyumas terletak di berbagai kecamatan, memiliki kecenderungan
menyebar, dan tidak ada kecamatan yang melakukan spesialisasi; 2) Pertumbuhan
kelima jenis buah di Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa buah pisang,
rambutan, dan durian mengalami kemajuan berarti sedangkan buah salak dan nangka
secara regional mengalami penurunan; 3) Prioritas pengembangan wilayah berbagai
kecamatan di Kabupaten Banyumas adalah buah durian dan rambutan sebagai
unggulan pertama, serta buah pisang, salak, dan nangka sebagai unggulan kedua.
Kata Kunci: Potensi Wilayah, Pengembangan Wilayah, Buah
Potential Fruit Commodity Based Development Areas in Banyumas
Abstract
Banyumas is
an autonomous region the authority to set policy development. The agricultural
sector that contribute in the GDP
of sustainable development requires a strategic policy. Fruit commodity in
Banyumas have production and
potential market demand for consumer and industrial
materials. Currently, the fruit production
was dispersed in various districts and the efforts are needed in order to
determine the priority development on the region. On the case of these
descriptions that have required study of fruit
base in Banyumas. The aim of this study was to analyze: 1) the ability of the
base area of commodity fruits (banana, rambutan, durian, jackfruit and bark);
2) The growth of fruit products; and 3) Priority development of fruit products
in Banyumas. The method used is descriptive analysis of secondary data that
fruit production data 27 districts in Banyumas in 2010 to 2015. The data
analysis is the analysis of SLQ, DLQ, coefficient of location,
coefficient of specialization, Net Shift, Shift Share, Super Impose, combined
DLQ-SLQ, combined SLQ-PP PPW, and Overlay. The results showed that:
1) the regional raw material base of fruit (bananas, rambutan, durian,
jackfruit and bark) in Banyumas Regency is located in various districts, has a
tendency to spread, and no areas of specialization; 2) The growth of the five
kinds of fruits in Banyumas shows that bananas, rambutan and durian made
significant progress, while the fruits and jackfruit regional decreased; 3)
Determining the priorities for regional development of the various districts in
Banyumas is durian and rambutan as the first seed, as well as banana bark, and
jackfruit as the second seed.
Keywords: Potential Areas, Regional Development, Fruit
I.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan daerah
berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah menegaskan bahwa
pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan menurut asas dan
prinsip otonomi dalam sistem dan prinsip NKRI. Kondisi ini menitikberatkan pada
tanggung jawab pemerintah daerah akan kebijakan strategis dalam pembangunan
wilayahnya. Kebijakan
yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut diantaranya ialah dengan
peningkatan ekonomi melalui pembangunan pertanian.
Kabupaten Banyumas sebagai daerah otonom memiliki
kewenangan menentukan kebijakan strategis pembangunan wilayahnya. Sektor pertanian
yang masih memegang peranan penting bagi PDRB memerlukan kebijakan strategis
demi keberlanjutan pembangunan. Salah satu sub sektor
potensial yang dimiliki Kabupaten Banyumas adalah sub sektor hortikultura
tanaman buah. Produksi buah yang melimpah di berbagai kecamatan
menjadikan potensi besar baik untuk keperluan konsumsi buah maupun bahan baku industri.
Sejauh ini salah satu buah yakni buah pisang memegang pangsa pasar besar dengan
dikirimnya hasil panen ke berbagai wilayah lain seperti di Solo, Bandung, serta
kawasan Jabodetabek.
II. TUJUAN
Berdasarkan
latar belakang yang ada tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis potensi wilayah basis komoditas buah khususnya
lima terbesar (pisang, rambutan, durian, salak dan nangka) di Kabupaten
Banyumas
2.
Mengetahui pertumbuhan komoditas buah di Kabupaten Banyumas
3.
Merumuskan prioritas pengembangan buah di Kabupaten Banyumas
III.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan data sekunder 27
kecamatan dari Dinpertanbunhut, dan BPS
Kabupaten Banyumas. Penelitan ini
dilaksanakan pada
bulan Februari hingga Maret 2016. Variabel penelitian ini adalah besar produksi
buah dari tahun 2010 sampai 2015. Analisis data adalah:
1.
Analisis Location Quotient (LQ)
a.
Static
Location Quotient (SLQ)
Supratama dan Erli (2013) menjelaskan
rumus SLQ sebagai berikut:

b.
Dynamic
Location Quotient (DLQ)
Supratama dan Erli (2013) menjelaskan
rumus DLQ sebagai berikut:

2.
Koefisien Lokalita (a)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran
kegiatan komoditas di daerah, sehingga diketahui tingkat aglomerasi (Siregar,
2003).

3.
Koefisien Spesialisasi (β)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui spesialisasi
suatu daerah terhadap komoditas tertentu. Siregar (2003) rumus b dapat dihitung:

4. Analisis Pergeseran Netto (Net Shift Analysis)
Analisis
ini digunakan untuk mengukur perkembangan relatif suatu komoditas. Menurut
Soedjito (1976) merumuskan sebagai berikut:

5.
Analisis Shift dan Share
Analisis
ini dibagi menjadi empat komponen (Budiharsono, 2001).
a.
Pertumbuhan Regional (PR)

b.
Pertumbuhan Proporsional (PP)

c.
Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

d.
Pertumbuhan Bersih (PB)
PBij = (PPij +
PPWij)............................
(9)
6. Analisis Super Impose (SI)
Analisis ini digunakan untuk menentukan komoditas
andal di suatu daerah (Ma’mun dan Karyani, 2000).
Tabel 1. Modifikasi
analisis Super Impose
Super
Impose
|
Nilai
|
Keterangan
|
Romawi
|
|
SLQ
|
Net Shift
|
2+
|
Sangat
Andal (SA)
|
I
|
SLQ
|
Net Shift
|
1+
|
Kurang
Andal (KA)
|
II
|
SLQ
|
Net Shift
|
0
|
Bukan
Andalan (BA)
|
III
|
7.
Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui sektor basis masa sekarang dan prediksi basis masa mendatang
(Sanjaya, 2009).
Tabel 2. Analisis
gabungan SLQ dan DLQ
Analisis
Gabungan
|
Kriteria
|
Keterangan
|
Romawi
|
|
SLQ>1
|
DLQ>1
|
Unggulan
|
Basis di masa sekarang maupun masa
yang akan datang
|
I
|
SLQ>1
|
DLQ≤1
|
Andalan
|
Perubahan dari basis menjadi non basis
di masa mendatang
|
II
|
SLQ≤1
|
DLQ>1
|
Prospektif
|
Perubahan dari non basis menjadi basis
di masa mendatang
|
III
|
SLQ≤1
|
DLQ≤1
|
Tertinggal
|
Non basis baik masa sekarang maupun
masa yang akan datang
|
IV
|
8.
Analisis Gabungan SLQ, PP, dan PPW
Warpani (1984)
mengelompokkan menjadi kriteria berikut.
Tabel 3. Modifikasi
analisis Gabungan SLQ, PP, dan PPW
Analisis
Gabungan
|
Keterangan
|
Romawi
|
|||||
SLQ>1
|
PP>0
|
PPW>0
|
Prioritas Pertama
|
I
|
|||
SLQ>1
|
PP<0
|
PPW>0
|
Prioritas Kedua
|
II
|
|||
SLQ>1
|
PP>0
|
PPW<0
|
|||||
SLQ>1
|
PP<0
|
PPW<0
|
Alternatif
|
III
|
|||
Kriteria lain
|
Bukan Priotitas
|
IV
|
|||||
9. Analisis Overlay
Analisis
ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggul baik dari segi kontribusi
maupun petumbuhannya (Putra, 2013).
Tabel 4. Analis Overlay
Analisis Overlay
|
Nilai
|
Keterangan
|
||||
Super Impose
|
(SLQ-DLQ)
|
(SLQ-PP-PPW)
|
***
|
Unggulan Pertama (I)
|
||
Super Impose
|
(SLQ-DLQ)
|
(SLQ-PP-PPW)
|
**
|
Unggulan Kedua (II)
|
||
Super Impose
|
(SLQ-DLQ)
|
(SLQ-PP-PPW)
|
*
|
Unggulan Alternatif (III)
|
||
Super Impose
|
(SLQ-DLQ)
|
(SLQ-PP-PPW)
|
-
|
Bukan
Unggulan (IV)
|
||
baca juga: CONTOH PKM AI (ARTIKEL ILMIAH) / EKOLOGI GULMA PERKEBUNAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DI DESA BUNTU, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Hortikultura Tanaman Buah di Kabupaten Banyumas
A. Potensi Hortikultura Tanaman Buah di Kabupaten Banyumas
Rata-rata SLQ menunjukkan
bahwa terdapat banyak kecamatan yang memiliki nilai SLQ lebih besar dari satu.
Akan tetapi untuk komoditas yang memiliki nilai SLQ tertinggi adalah buah salak
yakni sebesar 6,97 di Kecamatan Gumelar, durian sebesar 3,65 di Kecamatan
Kemranjen, nangka sebesar 3,20 di Kecamatan Purwokerto Utara, pisang sebesar
2,78 di Kecamatan Purwojati, serta rambutan sebesar 2,62 di Kecamatan
Kalibagor. Nilai SLQ lebih dari satu menunjukkan bahwa komoditas tersebut
dikatakan sebagai komoditas basis di wilayah (kecamatan) pada masa sekarang.
Hasil analisis tersaji pada gambar berikut.

Gambar 1. Hasil rata-rata analisis SLQ
Hasil analisis DLQ
menunjukkan bahwa komoditas buah yang memiliki nilai DLQ tertinggi adalah buah
durian sebesar 4,49 di Kecamatan Kemranjen, buah salak sebesar 3,95 di
Kecamatan Gumelar, buah nangka sebesar 3,92 di Kecamatan Purwokerto Utara, buah
rambutan sebesar 2,50 di Kecamatan Purwokerto Barat, dan buah pisang sebesar
2,33 di Kecamatan Rawalo. Nilai DLQ lebih dari satu menunjukkan bahwa komoditas
tersebut diprediksi akan menjadi sektor basis di kecamatan pada masa yang akan
datang. Hasil analisis tersaji pada gambar berikut.

Gambar 2. Hasil analisis DLQ
Hasil analisis Koefisien
Lokalita menunjukkan kelima komoditas buah berkecenderungan menyebar, karena
nilai koefisien lokalita tidak ada yang bernilai 1. Komoditas buah yang
mempunyai koefisien tertinggi adalah nangka (0,493), salak (0,444), durian
(0,387), pisang (0,362), dan rambutan (0,293). Sedangkan hasil analisis
Koefisien Spesialisasi menunjukkan semua kecamatan bercenderungan tidak
melakukan spesialisasi dalam komoditas tertentu karena nilai koefisien tidak
ada yang bernilai 1. Koefisien yang rendah menunjukkan kecamatan bersangkutan
tidak memiliki keunggulan komparatif komoditas buah.
B.
Pertumbuhan Hortikultura
Tanaman Buah di Kabupaten Banyumas
Pertumbuhan
buah berdasarkan analisis Net Shift menunjukan
nilai pergeseran netto terbesar yakni buah rambutan di Kecamatan Kembaran,
pisang di Kecamatan Rawalo, nangka di Kecamatan Baturaden, durian di Kecamatan
Kemranjen, dan salak di Kecamatan Lumbir. Hal ini mengindikasikan bahwa
komoditas tesebut di tingkat kecamatan bersangkutan berkembang relatif cepat
dibandingkan kecamatan lain atau kabupaten secara keseluruhan.

Gambar 3. Hasil
analisis Net Shift
Hasil analisis Shift
and Share menunjukan, bahwa:
1. Angka Pertumbuhan Regional
(PR) menunjukkan bahwa buah pisang, rambutan dan durian bernilai positif,
artinya komoditas tersebut di tingkat regional Kabupaten Banyumas sedang
mengalami kenaikan.
Tabel
5. Pertumbuhan Regional komoditas buah tahun 2010 – 2015
No
|
Jenis Komoditas
|
Nilai Pertumbuhan Regional
|
1
|
Pisang
|
0,243
|
2
|
Rambutan
|
1,059
|
3
|
Durian
|
3,730
|
4
|
Salak
|
-0,039
|
5
|
Nangka
|
-0,309
|
Sumber: Dinpertanbunhut Kab.
Banyumas 2016 (diolah)
2. Nilai Pertumbuhan
Proporsional (PP) terbesar untuk lima komoditas buah terletak di Kecamatan
Purwokerto Selatan. Nilai PP tertinggi masing-masing komoditas adalah buah durian
(4,730), rambutan (2,059), pisang (1,447), salak (0,961), serta nangka (0,691).
Hasil analisis menunjukkan Kecamatan Purwokerto Selatan dapat diartikan bahwa
komoditas buah di kecamatan tersebut memiliki pertumbuhan yang pesat dibanding
kecamatan yang lain.
3. Nilai Pertumbuhan Pangwa
Wilayah (PPW) tertinggi terdapat pada komoditas buah rambutan (57,014), salak
(49,809), nangka (44,104), durian (26,767), dan pisang (11,489). Nilai PPW yang
positif dapat diartikan bahwa komoditas yang dihasilkan oleh kecamatan
bersangkutan memiliki dasa saing yang tinggi dibanding komoditas yang sama di
wilayah lain.
4. Nilai Pertumbuhan Bersih
(PB) dipengaruhi oleh nilai PP dan PPW. Nilai PB positif tertinggi terdapat
pada komoditas rambutan (54,479), salak (49,179), durian (28,171), nangka
(24,744), dan pisang (11,166). Nilai PB positif berarti suatu komoditas di suatu
kecamatan mengalami pertumbuhan yang progresif.
C.
Prioritas Pengembangan
Tanaman Buah di Kabupaten Banyumas
Hasil analisis Super Impose untuk kategori Sangat Andal
ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Analisis Super Impose kategori Sangat Andal (SA)
No
|
Komoditas
|
Kecamatan
|
|
1
|
Pisang
|
Rawalo,
Sumpiuh, Ajibarang, Karanglewas, Baturaden, dan Purwokerto Barat
|
|
2
|
Rambutan
|
Rawalo,
Sumpiuh, Kalibagor, Banyumas, Ajibarang, Kedungbanteng, Purwokerto Barat,
Purwokerto Timur
|
|
3
|
Durian
|
Kemranjen,
Sumpiuh, Kalibagor, Banyumas, Patikraja, dan Kedungbanteng
|
|
4
|
Salak
|
Lumbir,
Ajibarang, dan Pekuncen
|
|
5
|
Nangka
|
Jatilawang,
Patikraja, Ajibarang, Pekuncen, Kembaran, Purwokerto Timur, Purwokerto Utara
|
|
Sumber: Data diolah dari
Lampiran 2
Hasil analisis Super Impose menunjukkan bahwa buah
pisang sangat andal di 6 kecamatan, rambutan di 8 kecamatan, durian di 6
kecamatan, salak di 3 kecamatan, dan nangka di 7 kecamatan.
Secara lengkap hasil
analisis SLQ-DLQ kategori Unggulan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Analisis SLQ-DLQ kategori Unggulan
No
|
Komoditas
|
Kecamatan
|
1
|
Pisang
|
Lumbir,
Wangon, Jatilawang, Rawalo, Sumpiuh, Tambak, Purwojati, Ajibarang,
Karanglewas, dan Banturaden
|
2
|
Rambutan
|
Rawalo,
Sumpiuh, Kalibagor, Kedungbanteng, Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto
Timur
|
3
|
Durian
|
Kemranjen,
Sumpiuh, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas
|
4
|
Salak
|
Lumbir,
Wangon, Banyumas, Ajibarang, Gumelar,
Pekuncen, Baturaden, Sumbang, dan Purwokerto Selatan
|
5
|
Nangka
|
Wangon,
Jatilawang, Kebasen, Patikraja, Purwojati, Ajibarang, Pekuncen, Cilongok,
Kembaran, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, dan Purwokerto Utara
|
Sumber:
Data diolah dari Lampiran 3
Penggabungan SLQ-DLQ menunjukkan bahwa buah pisang menjadi
basis di masa sekarang dan mendatang terletak
di 10 kecamatan, rambutan di 7 kecamatan, durian di 6 kecamatan, salak di 9
kecamatan, dan nangka di 12 kecamatan.
Secara lengkap hasil
analisis LQ-PP-PPW kategori Prioritas
Pertama ditampilkan
dalam tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Analisis LQ-PP-PPW kategori
Prioritas Pertama
No
|
Komoditas
|
Kecamatan
|
1
|
Pisang
|
Wangon,
Purwojati, dan Sumbang
|
2
|
Rambutan
|
Banyumas, dan
Kedungbanteng
|
3
|
Durian
|
Kemranjen,
Sumpiuh, Tambak, Somagede, Banyumas, Kedungbanteng
|
4
|
Salak
|
Gumelar
|
5
|
Nangka
|
Kebasen
|
Sumber: Data
diolah dari Lampiran 4
Hasil analisis pengabungan
SLQ-PP-PPW menunjukkan bahwa buah pisang menjadi prioritas pertama di 3
kecamatan, rambutan di 2 kecamatan, durian di 6 kecamatan, salak di 1
kecamatan, dan nangka di 1 kecamatan.
Analisis Overlay dalam penelitian ini adalah
menggabungkan tiga analisis gabungan sebelumnya yakni Super Impose, analisis SLQ-DLQ, dan analilis SLQ-PP-PPW. Hasil
analisis Super Impose ditunjukkan
dalam gambar berikut.

V. KESIMPULAN
1. Wilayah basis komoditas buah
(pisang, rambutan, durian, salak dan nangka) di Kabupaten Banyumas terletak di
berbagai kecamatan dan memiliki kecenderungan menyebar serta tidak terjadi spesialisasi
2. Pertumbuhan komoditas buah
di Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa buah pisang, rambutan, dan durian
mengalami kemajuan berarti sedangkan buah salak dan nangka secara regional
kabupaten mengalami penurunan.
3.
Prioritas pengembangan wilayah kecamatan di Kabupaten
Banyumas adalah buah durian dan rambutan sebagai buah unggulan pertama,
sedangkan buah pisang, salak, dan nangka sebagai buah unggulan kedua.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan ucapan
banyak terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini. Ir.
S.H. Suseno, S.U. selaku dosen pembimbing, segenap
civitas akademika Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman, serta teman-teman yang telah memberi banyak
dukungan demi lancarnya proses penelitian ini dari awal hingga akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, S. 2001, Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir
dan Lautan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Dinas Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan Kabupaten Banyumas. 2015. Produksi
tanaman buah-buahan. Dinas Perkebunan dan Pertanian. Purwokerto
Ma’mun, D. dan T. Karyani. 2000. Pemahaman
Potensi, Analisis dan Perencanaan Wilayah. Makalah ini Disampaikan dalam
Pelatihan “Pemahaman Aspek Sosial Budaya Masyarakat dalam Perencanaan dan
Penerapan Teknologi” Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.
Putra, A. N., 2013. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sanjaya, M. N. R., 2009. Aplikasi
Location Quotient Dan Shift Share Analysis Terhadap Peranan
Sektor Pertanian Di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Siregar,
M. 2003. Analisis Daya Saing Usahatani Kedelai di DAS Brantas. Jurnal Agro
Ekonomi 21(1):50-71.
Soedjito, B. 1976. Perencanaan
Pengembangan Desa. Direktur Jendral Departemen Dalam Negeri-Departemen
Planologi. Bandung: ITB Press
Supratama dan Erli. 2013. Penentuan Kawasan Agroindustri Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kabupaten
Bondowoso. Jurnal Teknik POMITS. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya
Warpani, S. 1984.
Analisis Kota dan Daerah. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press
UU RI No. 32 Tahun 2004
Tentang Otonomi Daerah
Lampiran 1. Daftar Simbol
Vik : Nilai
produksi komoditas i pada daerah studi k (kecamatan)
Vk : Nilai
produksi total semua komoditas di daerah k (kecamatan)
Vip : Nilai
produksi komoditas i pada daerah referensi p (kabupaten)
Vp : Nilai
produksi total semua komoditas daerah referensi p (kabupaten)
SLQ>1 : Komoditas tersebut
termasuk komoditas basis
SLQ<1
: Komoditas tersebut
termasuk komoditas non basis
SLQ=1 : Komoditas tersebut
hanya dapat mencukupi wilayah itu sendiri
g ik : Nilai
produksi komoditas i daerah studi k (kecamatan)
g k : Rata-rata
produksi total semua komoditas di daerah k (kecamatan)
G ip : Nilai produksi
komoditas i daerah referensi p (kabupaten)
G p : Rata-rata
produksi total semua komoditas daerah referensi (kabupaten)
t : Selisih tahun
akhir dan tahun awal
DLQ>1 :
Komoditas i laju pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan komoditas yang sama di
kabupaten
DLQ<1 :
Potensi komoditas i laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan komoditas
yang sama di kabupaten
a :
Koefisien Lokalisasi
Si :
Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan
S :
Jumlah produksi total tanaman buah tingkat kecamatan
Ni :
Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten
N :
Jumlah produksi total komoditas tanaman buah tingkat kabupaten
a = 1 :
Lokalisasi kegiatan tanaman buah memusat.
a < 1 :
Lokalisasi kegiatan tanaman buah menyebar.
b :
Koefisien Spesialisasi
Si : Jumlah produksi komoditas
i pada tiap kecamatan
S :
Jumlah produksi total tanaman buah tingkat kecamatan
Ni :
Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten
N :
Jumlah produksi total komoditas tanaman buah tingkat kabupaten
b = 1 :
Terdapat kegiatan berspesialisasi komoditas i di suatu daerah
b < 1 :
Tidak terdapat kegiatan berspesialisasi komoditas i di suatu daerah
SD :
Pergeseran netto
Vijt : Volume aspek komoditas i
di kecamatan j pada tahun terakhir
Vijp : Volume aspek komoditas i di kecamatan j pada tahun permulaan
Vit : Volume aspek komoditas i di kabupaten pada tahun terakhir
Vip : Volume aspek komoditas i di kabupaten pada tahun permulaan
Nt :
Total produksi komoditas i di kabupaten pada tahun t (terakhir)
Np :
Total produksi komoditas i di kabupaten pada tahun p (permulaan)
Nij : Produksi komoditas i di kabupaten pada tahun t (terakhir)
Nip : Produksi komoditas i di kabupaten pada tahun p (permulaan)
Nt :
Total produksi komoditas buah di kecamatan pada tahun t (terakhir)
Np :
Total produksi komoditas buah di kecamatan tahun p (permulaan)
Sit : Produksi komoditas i di kecamatan basis pada tahun t
(terakhir)
Sip : Produksi komoditas i di kecamatan basis pada tahun p
(permulaan)
Nit : Produksi komoditas lain di kecamatan basis pada tahun t
(terakhir)
Nip : Produksi komoditas lain di kecamatan basis tahun p
(permulaan)
Lampiran 2.
Analisis Super Impose
No
|
Kecamatan
|
Super Impose 2010-2015
|
||||
Pisang
|
Rambutan
|
Durian
|
Salak
|
Nangka
|
||
1
|
Lumbir
|
II
|
II
|
II
|
I
|
II
|
2
|
Wangon
|
II
|
II
|
III
|
II
|
II
|
3
|
Jatilawang
|
II
|
II
|
II
|
III
|
I
|
4
|
Rawalo
|
I
|
I
|
II
|
III
|
III
|
5
|
Kebasen
|
II
|
III
|
III
|
III
|
II
|
6
|
Kemranjen
|
III
|
II
|
I
|
II
|
II
|
7
|
Sumpiuh
|
I
|
I
|
I
|
III
|
III
|
8
|
Tambak
|
II
|
III
|
II
|
II
|
III
|
9
|
Somagede
|
II
|
III
|
II
|
II
|
III
|
10
|
Kalibagor
|
III
|
I
|
I
|
II
|
II
|
11
|
Banyumas
|
III
|
I
|
I
|
II
|
III
|
12
|
Patikraja
|
III
|
II
|
I
|
II
|
I
|
13
|
Purwojati
|
II
|
II
|
III
|
III
|
II
|
14
|
Ajibarang
|
I
|
I
|
III
|
I
|
I
|
15
|
Gumelar
|
III
|
III
|
III
|
II
|
III
|
16
|
Pekuncen
|
II
|
III
|
III
|
I
|
I
|
17
|
Cilongok
|
III
|
II
|
II
|
II
|
II
|
18
|
Karanglewas
|
I
|
II
|
II
|
II
|
III
|
19
|
Kedungbanteng
|
III
|
I
|
I
|
II
|
III
|
20
|
Baturaden
|
I
|
II
|
II
|
II
|
II
|
21
|
Sumbang
|
II
|
II
|
III
|
II
|
III
|
22
|
Kembaran
|
II
|
II
|
II
|
II
|
I
|
23
|
Sokaraja
|
III
|
II
|
III
|
II
|
II
|
24
|
Pwt.
Selatan
|
II
|
II
|
II
|
II
|
II
|
25
|
Pwt.
Barat
|
I
|
I
|
III
|
III
|
II
|
26
|
Pwt.
Timur
|
II
|
I
|
II
|
III
|
I
|
27
|
Pwt.
Utara
|
III
|
II
|
II
|
II
|
I
|
Keterangan:
I : Sangat Andal (SA)
II : Kurang Andal (KA)
III :Bukan Andalan (BA)
Lampiran 3.
Analisis Gabungan (SLQ-DLQ) Tahun 2010-2015
No
|
Kecamatan
|
Gabungan (SLQ-DLQ) Tahun 2010-2015
|
||||
Pisang
|
Rambutan
|
Durian
|
Salak
|
Nangka
|
||
1
|
Lumbir
|
I
|
IV
|
IV
|
I
|
II
|
2
|
Wangon
|
I
|
III
|
IV
|
I
|
I
|
3
|
Jatilawang
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
4
|
Rawalo
|
I
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
5
|
Kebasen
|
II
|
III
|
IV
|
IV
|
I
|
6
|
Kemranjen
|
IV
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
7
|
Sumpiuh
|
I
|
I
|
I
|
IV
|
IV
|
8
|
Tambak
|
I
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
9
|
Somagede
|
IV
|
IV
|
I
|
II
|
IV
|
10
|
Kalibagor
|
IV
|
I
|
I
|
IV
|
IV
|
11
|
Banyumas
|
IV
|
II
|
I
|
I
|
IV
|
12
|
Patikraja
|
IV
|
III
|
II
|
IV
|
I
|
13
|
Purwojati
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
14
|
Ajibarang
|
I
|
II
|
IV
|
I
|
I
|
15
|
Gumelar
|
IV
|
III
|
IV
|
I
|
IV
|
16
|
Pekuncen
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
I
|
17
|
Cilongok
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
18
|
Karanglewas
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
19
|
Kedungbanteng
|
IV
|
I
|
II
|
II
|
IV
|
20
|
Baturaden
|
I
|
IV
|
IV
|
I
|
III
|
21
|
Sumbang
|
II
|
IV
|
II
|
I
|
IV
|
22
|
Kembaran
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
23
|
Sokaraja
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
24
|
Pwt.
Selatan
|
IV
|
IV
|
II
|
I
|
I
|
25
|
Pwt.
Barat
|
II
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
26
|
Pwt.
Timur
|
II
|
I
|
IV
|
IV
|
I
|
27
|
Pwt.
Utara
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
Keterangan:
I : Unggulan
II : Andalan
III : Prospektif
IV : Tertinggal
Lampiran 4.
Analisis Gabungan (LQ-PP-PPW) tahun 2010-2015
No
|
Kecamatan
|
Gabungan (LQ-PP-PPW) tahun 2010-2015
|
||||
Pisang
|
Rambutan
|
Durian
|
Salak
|
Nangka
|
||
1
|
Lumbir
|
III
|
IV
|
IV
|
II
|
II
|
2
|
Wangon
|
I
|
IV
|
IV
|
II
|
II
|
3
|
Jatilawang
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
4
|
Rawalo
|
II
|
III
|
IV
|
IV
|
IV
|
5
|
Kebasen
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
6
|
Kemranjen
|
IV
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
7
|
Sumpiuh
|
III
|
III
|
I
|
IV
|
IV
|
8
|
Tambak
|
II
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
9
|
Somagede
|
IV
|
IV
|
I
|
III
|
IV
|
10
|
Kalibagor
|
IV
|
III
|
II
|
IV
|
IV
|
11
|
Banyumas
|
IV
|
I
|
I
|
II
|
IV
|
12
|
Patikraja
|
IV
|
IV
|
III
|
IV
|
II
|
13
|
Purwojati
|
I
|
IV
|
IV
|
IV
|
III
|
14
|
Ajibarang
|
II
|
II
|
IV
|
III
|
III
|
15
|
Gumelar
|
IV
|
IV
|
IV
|
I
|
IV
|
16
|
Pekuncen
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
III
|
17
|
Cilongok
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
III
|
18
|
Karanglewas
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
19
|
Kedungbanteng
|
IV
|
I
|
I
|
III
|
IV
|
20
|
Baturaden
|
III
|
IV
|
IV
|
III
|
IV
|
21
|
Sumbang
|
I
|
IV
|
II
|
II
|
IV
|
22
|
Kembaran
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
23
|
Sokaraja
|
IV
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
24
|
Pwt.
Selatan
|
IV
|
IV
|
II
|
III
|
III
|
25
|
Pwt.
Barat
|
III
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
26
|
Pwt.
Timur
|
III
|
III
|
IV
|
IV
|
II
|
27
|
Pwt.
Utara
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
Keterangan:
I : Prioritas Pertama
II : Prioritas Kedua
III : Prioritas Alternatif
IV : Bukan Prioritas
Lampiran 5.
Analisis Overlay
No
|
Kecamatan
|
Analisis Overlay
|
||||
Pisang
|
Rambutan
|
Durian
|
Salak
|
Nangka
|
||
1
|
Lumbir
|
III
|
IV
|
IV
|
II
|
IV
|
2
|
Wangon
|
II
|
IV
|
IV
|
III
|
III
|
3
|
Jatilawang
|
III
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
4
|
Rawalo
|
II
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
5
|
Kebasen
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
6
|
Kemranjen
|
IV
|
IV
|
I
|
IV
|
IV
|
7
|
Sumpiuh
|
II
|
II
|
I
|
IV
|
IV
|
8
|
Tambak
|
III
|
IV
|
II
|
IV
|
IV
|
9
|
Somagede
|
IV
|
IV
|
II
|
IV
|
IV
|
10
|
Kalibagor
|
IV
|
II
|
II
|
IV
|
IV
|
11
|
Banyumas
|
IV
|
II
|
I
|
III
|
IV
|
12
|
Patikraja
|
IV
|
IV
|
III
|
IV
|
II
|
13
|
Purwojati
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
14
|
Ajibarang
|
II
|
III
|
IV
|
II
|
II
|
15
|
Gumelar
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
IV
|
16
|
Pekuncen
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
II
|
17
|
Cilongok
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
III
|
18
|
Karanglewas
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
19
|
Kedungbanteng
|
IV
|
I
|
II
|
IV
|
IV
|
20
|
Baturaden
|
II
|
IV
|
IV
|
III
|
IV
|
21
|
Sumbang
|
III
|
IV
|
IV
|
III
|
IV
|
22
|
Kembaran
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
23
|
Sokaraja
|
IV
|
III
|
IV
|
IV
|
IV
|
24
|
Pwt.
Selatan
|
IV
|
IV
|
IV
|
III
|
III
|
25
|
Pwt.
Barat
|
III
|
II
|
IV
|
IV
|
IV
|
26
|
Pwt.
Timur
|
IV
|
II
|
IV
|
IV
|
II
|
27
|
Pwt.
Utara
|
IV
|
IV
|
IV
|
IV
|
II
|
Keterangan:
I : Unggulan Pertama
II : Unggulan Kedua
III : Unggulan Alternatif
IV : Bukan Unggulan