CONTOH PROPOSAL PKM AI / DEGREENING JERUK SIEM (Citrus microcarpa L) MENGGUNAKAN ETEPHON PADA BERBAGAI METODE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS JERUK LOKAL PURBALINGGA
PROGRAM KREATIVITAS
MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
DEGREENING JERUK SIEM (Citrus
microcarpa L) MENGGUNAKAN
ETEPHON PADA BERBAGAI
METODE SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS JERUK
LOKAL PURBALINGGA
BIDANG KEGIATAN:
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh:
Rizqi Ahmad
Maulidi (A1M010073) (2010)
Arifin Budi
Purnomo (A1C012025) (2012)
Ispi Zuldah (A1M012024)
(2012)
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
PURWOKERTO
Degreening
Jeruk Siem
(Citrus
microcarpa L) Menggunakan Etephon Pada
Berbagai Metode Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Jeruk Lokal Kabupaten
Purbalingga
Rizqi Ahmad Maulidi 1), Arifin Budi Purnomo2), Ispi
Zuldah3)
Dibimbing oleh Dra. Erminawati,
M.Sc., Ph.D 4)
Universitas Jenderal Soedirman
Jl.
Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto 53123 Telp. (0281) 638791
Abstrak
Buah
jeruk manis (Citrus sintesis L.)
merupakan komoditas pertanian yang disukai banyak masyarakat Indonesia. Salah
satu jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Siem (C. microcarpa L) dengan produksi mencapai 1.441.680 ton.
Namun, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor buah jeruk
terbesar kedua di ASEAN karena kalah bersaingnya jeruk lokal dengan jeruk
impor. Padahal bila dilihat dari kandungan gizi, sebenarnya jeruk lokal tidak
kalah dengan kandungan gizi jeruk impor. Salah satu permasalahan yang
menyebabkan jeruk lokal kalah bersaing adalah dari segi warna jeruk yang kurang
menarik. Berbagai permasalahan diatas mendasari perlu adanya penelitian degreening pada perlakuan pasca panen
jeruk. Tujuan penelitian ini: 1) Mengetahui
cara efektif degreening jeruk Siem
Purbalingga; 2) Mengetahui keunggulan perlakuan degreening pada jeruk Siem Purbalingga; 3)
Menentukan kombinasi perlakuan dan konsentrasi etephon yang efektif pada jeruk.
Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorium metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) terdiri 12
kombinasi perlakuan dengan ulangan 2 kali. Faktor yang diamati yaitu
konsentrasi etephon: 500 ppm; 1500 ppm; 2000
ppm, metode pemberian etephon: pencelupan; penyemprotan, serta tempat
penyimpanan: tempat terbuka; tempat tertutup. Hasil dan kesimpulan menunjukkan
bahwa kombinasi perlakuan terbaik selama 15 hari yaitu penambahan konsentrasi etephon 500 ppm dengan
metode pencelupan dan disimpan di tempat tertutup. Perlakuan tersebut menghasilkan warna kuning; rasa manis asam dan tekstur agak lunak, dan tingkat
kesukaan “suka”; kadar air 87,95% bb; kadar abu 87,88% bk; padatan terlarut 12oBrix;
kadar vitamin C 1,76 (v/b); kadar klorofil 0,99 (b/v); kadar jus 0,05 (v/v)
Kata Kunci: Degreening, Etephon, Jeruk Siem Purbalingga
Degreening Siem Orange Using Etephon In Various Methods To Improved The Quality Of Local Orange At Purbalingga District
Abstract
Sweet orange (Citrus synthesis L.) is an agricultural commodity favored by
many people of Indonesia. One of the orange local commodity whose grown in Indonesia is Siem orange (C. microcarpa L) with can be produced reaching 1.44168
million tons. However, Indonesia is one of the
second largest countries which imports orange in ASEAN since the local orange commodity can’t be competed with the import oranges. Meanwhile when if it’s observed by the nutrient content, local orange can compete
with the imported oranges. One of the problems that cause local oranges are less in competition is in less attractive orange color. Based on of the problems above it needs a research about the degreening treatment of the Siem oranges. The purpose of this research: 1) Knowing how to
effectively degreening of Siem oranges Purbalingga; 2) Knowing the
advantages degreening treatment of Siem orange Purbalingga; 3) Determine the
combined of the oranges treatment and the effective concentration etephon in oranges. This research method is an
experimental laboratory Randomized Block Design which consist by 12 treatment combinations whose replicated 2 times. The observed factors is the concentration of the etephon: 500 ppm; 1500 ppm; 2000 ppm, the method of giving etephon: dyeing and spraying, storage space: in the open and enclosed place. Results and the conclusions show that the best treatment combination for 15 days, by adding 500 ppm of etephon concentrated by dyeing method and stored in an enclosed place. This treatment resulted in a yellow color; sweet taste and soft texture, and the level of the preferences "love"; 87.95% wb
moisture content; bk 87.88% ash content; 12o Brix dissolved solids; vitamin C content of 1.76 (v/w); chlorophyll content
of 0.99 (w/v); juice content of 0.05 (v/v).
1), 3)
Jur. Teknologi Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman
2) Jur. Sosek. Pertanian, Fak. Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman
4) Dosen Jur. Teknologi Pertanian,
Fak. Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
I.
PENDAHULUAN
Buah jeruk manis (Citrus sintesis L.) merupakan komoditas
pertanian yang disukai oleh banyak masyarakat Indonesia. Salah satu jenis jeruk
lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Siem (C. microcarpa L). Produksi jeruk Siem di Indonesia mencapai
1.441.680 ton dari 1.529.824 ton total produksi buah jeruk (Direktorat Buah
Departemen Pertanian, 2011). Salah satu daerah yang memiliki potensi jeruk siem
ini adalah Kabupaten Purbalingga. Data
situs pemetaan potensi ekonomi daerah koridor wilayah Jawa tahun 2010
menyatakan bahwa jumlah produksi jeruk Siem di wilayah Purbalingga mencapai
lebih dari 2000 ton.
Disisi lain, sampai saat ini
Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor buah jeruk terbesar kedua di
ASEAN setelah negara Malaysia dikarenakan kalah bersaingnya jeruk lokal dengan
jeruk impor. Volume impor buah jeruk khususnya jeruk manis sebesar 127.041 ton
selama 2005 sampai 2009 dengan rata-rata per tahun 25.408 ton. Sehingga tidak
heran banyak dijumpai jeruk impor di pasaran dengan alasan kualitas jeruk lokal
atau jeruk nasional masih kalah dengan kualitas jeruk impor. Dilihat dari
kandungan gizi yang ada, nilai gizi jeruk nasional sebenarya tidak kalah saing
dengan nilai gizi dari jeruk impor. Hal ini berdasarkan data kandungan gizi
jeruk siem dalam 100 gram mampu menghasilkan jumlah energi sebesar 44 kkal
(Natawidjaya, 1983).
Salah satu permasalahan yang
menyebabkan jeruk nasional kalah bersaing dengan jeruk impor adalah dari segi
warna serta aroma jeruk yang kurang menarik. Kelemahan dari jeruk nasional
terletak pada warna jeruk yang tidak cerah, dan cenderung berwarna hijau tua,
berbeda dengan jeruk impor yang berwarna oranye cerah. Kondisi inilah yang
menjadi sebab konsumen jeruk di Indonesia lebih memilih jeruk impor daripada
jeruk lokal. Warna hijau pada buah jeruk lokal khususnya jeruk Siem sebenarnya
dapat diubah menjadi oranye atau kuning melalui proses degreening. Degreening
merupakan upaya menghilangkan warna hijau melalui dekomposisi pigmen
menggunakan gas etilen dengan tidak mengurangi kualitas (Hadiwiyoto, 1981).
Berangkat dari permasalahan tersebut,
timbulah gagasan perlu adanya penelitian mengenai perlakuan degreening jeruk lokal khususnya jeruk
Siem Kabupaten Purbalingga. Tujuan dari adanya penelitian degreening adalah menentukan kombinasi terbaik dalam melakukan
perlakuan degreening jeruk Siem
Purbalingga. Perlakuan terbaik akan merubah tampilan jeruk Siem sehingga
konsumen jeruk Indonesia lebih memilih produk jeruk lokal dan mengurangi
ketergantungan jeruk impor.
Manfaat dari adanya degreening jeruk Siem Purbalingga selain dapat meningkatkan nilai estetika
dari perubahan warna dan aroma jeruk, juga dapat meningkatkan nilai jual
ekonomi karena disukai konsumen.
II. TUJUAN
Berdasarkan latar
belakang yang ada tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
cara efektif melakukan degreening
khususnya pada jeruk siem Purbalingga.
2.
Mengetahui
keunggulan yang didapat dari adanya perlakuan degreening pada jeruk siem Purbalingga.
3.
Menentukan kombinasi
perlakuan dan konsentrasi etephon yang efektif agar proses degreening pada buah jeruk siem memiliki karakteristik mutu
terbaik.
III.
BAHAN DAN METODE
Artikel ini
disusun berdasarkan hasil penelitian disertai penguatan pustaka yang didasarkan
pada permasalahan dalam suatu masyarakat. Tahapan awal dimulai dengan melakukan
observasi lapang di perkebunan jeruk di Desa Kebutuh, Bukateja, Purbalingga untuk
mengetahui permasalahan yang ada. Selanjutnya tahapan pengumpulan data yang
meliputi jenis data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer melalui penelitian
yang dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan, Laboratorium Pangan dan
Gizi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Penelitian
ini dilaksanakan selama 2 bulan dari Juli sampai dengan Agustus
2014. Sedangkan pengambilan data sekunder berasal dari jurnal-jurnal maupun
pustaka ilmiah yang mendukung topik penelitian.
Bahan penelitian yang digunakan yaitu jeruk Siem yang diambil dari
desa Kebutuh, Kabupaten Purbalingga seminggu sebelum pemanenan. Bahan kimia
yang digunakan untuk analisis, yang terdiri dari: amilum 1%, iodine, aceton dan
akuades. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu timbangan digital (MH-series pocket scale standart features
calibration), Refraktometer
digital (ATAGO PR-201, China), Erlenmeyer (Pyrex, Japan), buret (Pyrex, Japan), aluminium
foil, cawan, oven, pisau, label, keranjang, pipet tetes, labu ukur (Pyrex,
Japan), gelas ukur (Pyrex, Japan), mortar, pipet ukur, statif dan klem.
Metode yang
digunakan pada penelitian adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 3 faktor percobaan yaitu
pada metode, cara penyimpanan, serta konsentrasi:
1.
Jenis metode (M),
terdiri dari :
M1 = Metode semprot
M2 = Metode celup
2.
Cara penyimpanan (P),
terdiri dari :
P1 = Cara penyimpanan tertutup
P2 = Cara penyimpanan terbuka
3.
Konsentrasi etephon
(K), terdiri dari :
K1 = Konsentrasi 500 ppm
K2 = Konsentrasi 1500 ppm
K3 = Konsentrasi 2000 ppm.
Penelitian
menggunakan 12
kombinasi perlakuan yang diulang 2 kali sehingga diperoleh 24 unit
percobaan. Faktor meliputi tiga faktor yaitu konsentrasi etephon (K) terdiri
dari penambahan 500
ppm (K1); 1500 ppm
(K2); 2000 ppm (K3); metode (M)
terdiri dari metode penyemprotan (M1) dan metode pencelupan (M2); dan cara
penyimpanan terdiri dari tempat terbuka (P2) dan tempat tertutup (P1). Penyimpanan
dilakukan selama 15 hari dengan menggunakan suhu ruang.
Variabel yang
diamati adalah variabel kimia dan sensori buah jeruk Siem menggunakan
etephon.
Variabel kimia meliputi kadar air, kadar abu, kadar padatan terlarut, susut
bobot, kadar vitamin C, kadar klorofil, kadar jus.Variabel sensori
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 15 panelis terhadap produk jeruk Siem
menggunakan etephon meliputi tekstur, warna, tingkat rasa manis, aroma dan dan kesukaan.
baca juga: PROPOSAL PKM GT (GAGASAN TERTULIS) / EVALUASI LAHAN PERTANIAN DENGAN METODE PENGAWETAN TANAH DAN AIR YANG EFEKTIF SERTA EKONOMIS DI DATARAN TINGGI DIENG
baca juga: PROPOSAL PKM GT (GAGASAN TERTULIS) / EVALUASI LAHAN PERTANIAN DENGAN METODE PENGAWETAN TANAH DAN AIR YANG EFEKTIF SERTA EKONOMIS DI DATARAN TINGGI DIENG
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses
fisiologis yang terus berlangsung setelah produk dipanen dapat menyebabkan
perubahan daya tarik (appeal)
konsumen. Daya tarik produk ditentukan oleh tiga unsur yakni kualitas (quality), penampakan (appearance), dan kondisi (condition) (Lakitan, 1995).
Hasil uji Friedman
menunjukkan bahwa interaksi perlakuan jeruk Siem dengan konsentrasi etephon,
metode, dan cara penyimpanan yang
berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap variabel sensori yang diujikan
meliputi warna, tingkat rasa manis, tekstur, aroma, dan kesukaan pada 14 sampel jeruk yang dipilih secara
acak (Tabel 1).
Nilai rata-rata warna jeruk Siem berkisar
coklat-kuning (skor 1-4). Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa interaksi antara
metode (M), cara penyimpanan (P), serta konsentrasi (K) yang diberikan (MPK)
berpengaruh sangat nyata pada warna buah jeruk Siem. Hasil terbaik adalah
perlakuan (M2P1K1) yaitu dengan metode pencelupan ditempatkan di tempat
tertutup dengan konsentrasi etephon 500 ppm. Metode pencelupan karena larutan etephon
dapat lebih merata ke permukaan buah jeruk menggunakan metode pencelupan. Waktu
yang diberikan untuk pencelupan adalah 2 menit bertujuan agar larutan etephon
dapat terserap secara merata kedalam kulit. Tempat tertutup dikarenakan sifat etephon
tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim, 2007). Namun karena dalam tempat
tertutup maka etephon tidak hilang dan kembali terserap kembali oleh buah
jeruk. Konsentrasi 500 ppm merupakan konsentrasi yang ideal untuk hasil
pemetikan jeruk Siem seminggu sebelum panen selama 15 hari penyimpanan. Supriyanto
et. al (2012) yang mengatakan
peningkatan kadar etilen diikuti oleh peningkatan kadar karotenoid didalam
kulit buah yang menguning. Penerapan etilen selama degreening selain meningkatkan perubahan warna buah, dapat juga
mempercepat transpirasi dan pengeringan, kecoklatan (Salvador et al., 2008).
Nilai rata -
rata tekstur berkisar keras–sangat lunak (skor 1.9-4). Hasil uji Friedman
menunjukkan bahwa interaksi antara metode, cara penyimpanan, serta konsentrasi
yang diberikan (MPK) berpengaruh sangat nyata pada tekstur buah jeruk Siem.
Hasil terbaik adalah perlakuan (M1P2K2) yaitu dengan metode semprot ditempatkan
di tempat terbuka dengan konsentrasi etephon 1500 ppm adalah kombinasi
perlakuan terbaik dengan skor 4. Metode penyemprotan (M1), karena etephon dapat
terpenetrasi kedalam kulit buah jeruk. Hal ini akibat tekanan yang diberikan
saat penyemprotan tidak merata. Tempat terbuka, hal ini dikarenakan sifat etephon
yang mudah menguap namun karena ditempat terbuka sehingga etephon menjadi
hilang dan tidak terserap kembali ke jeruk Siem.
Nilai rata-
rata aroma berkisar tidak kuat-agak kuat (skor 1-2,2). Hasil uji Friedman
menunjukkan bahwa interaksi perbedaan antara metode (M), cara penyimpanan (P),
serta konsentrasi (K) yang diberikan berpengaruh signifikan terhadap aroma buah
jeruk Siem, hasil terbaik adalah perlakuan dengan metode semprot ditempatkan di
tempat terbuka dengan konsentrasi etephon 500 ppm (M1P2K1) dan (M1P1K3) dengan metode
semprot ditempatkan di tempat tertutup dengan konsentrasi etephon 2000 ppm
merupakan kombinasi perlakuan terbaik. Metode penyemprotan (M1) etephon dapat terserap
kedalam kulit buah jeruk sehingga mempengaruhi atsiri yang ada pada kulit buah
jeruk Siem. Hal ini merupakan akibat perbedaan tekanan yang diberikan saat
penyemprotan. Tempat terbuka dikarenakan sifat etephon mudah menguap namun etephon
mampu berinteraksi dengan gas di udara sehingga aroma jeruk menjadi menyebar.
Perlakuan terbaik penelitian degreening jeruk Siem Purbalingga
menggunakan ethrel (etephon) menghasilkan total padatan terlarut 12oBrix
dengan penyimpanan 15 hari dan konsentrasi 500 ppm. Total padatan terlarut pada
buah jeruk cenderung meningkat selama periode pematangan buah, hal ini
berkaitan dengan perubahan pati menjadi gula (Kader et al., 1985; Seymour et al.,
1993). Penyimpanan yang lama membuat semakin tingginya kadar air pada buah
jeruk Siem Purbalingga. Etephon mengakibatkan kadar klorofil mengalami
penurunan. Kadar jus pada buah jeruk Siem mengalami penurunan. Penurunan variabel
yang diamati terhadap jeruk Siem yang diberikan etephon dan dilakukan
penyimpanan selama 15 hari merupakan efek domino dari proses pemasakan buah. Pemasakan
buah yang terdiri dari proses respirasi dan transpirasi buah menyebabkan zat
organik maupun anorganik mengalami degradasi.
Hasil
penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa penambahan etephon berpengaruh
nyata terhadap analisis sensori. Kombinasi
terbaik selama penyimpanan 15 hari adalah dengan konsentrasi 500 ppm hal
ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat proses pemasakan
sehingga mempengaruhi perubahan warna kulit pada buah jeruk Siem. Tempat
penyimpanan terbaik adalah ditempatkan ditempat tertutup hal ini dikarenakan
sifat etephon yang mudah menguap sehingga saat ditempatkan ditempat tertutup
mengakibatkan etephon tidak menghilang dan terserap kembali ke kulit buah jeruk
Siem. Metode pemberian etephon terbaik adalah dengan metode pencelupan hal ini
dikarenakan buah jeruk Siem dimasukkan kedalam larutan etephon selama 2 menit
maka mengakibatkan etephon dapat masuk ke dalam kulit buah jeruk Siem secara
merata. Metode penambahan konsentrasi etephon ke dalam jeruk Siem sebanyak 500
ppm menggunakan metode pencelupan yang kemudian di tempatkan ditempat tertutup
(M2P1K1) memberikan hasil jeruk Siem dengan memiliki karakteristik warna kulit
berwarna kuning bertekstur agak lunak dengan memiliki rasa manis asam.
Konsentrasi pemberian etephon yang meningkat dan tingkat kematangan buah jeruk Siem
menyebabkan peningkatan warna jingga kulit buah jeruk. Warna kuning pada kulit
buah meningkat seiring dengan semakin lamanya proses degreening (Zahirotul,2010).
V. KESIMPULAN
1. Cara teknis
yang efektif dalam
melakukan degreening
khususnya pada Jeruk Siem Purbalingga
meliputi empat tahap
yaitu: a) Jeruk dicuci;
b) Dikeringkan; c)
Dicelupkan cairan etephon
dengan konsentrasi 500 ppm; d) Didiamkan dalam kardus tertutup selama 15
hari.
2. Keunggulan yang
didapat dari adanya
perlakuan degreening pada
Jeruk Siem Purbalingga meliputi:
a) keunggulan fisik;
b) keunggulan rasa dan aroma.
3. Kombinasi
perlakuan terbaik mutu kimia dan sensoris diperoleh dengan metode pencelupan di
tempatkan di tempat tertutup menggunakan konsentrasi etephon 500 ppm.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan ucapan banyak terima kasih kepada pihak
- pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. selaku
dosen pembimbing, segenap civitas akademika Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, serta teman-teman yang telah
memberi banyak dukungan demi lancarnya proses penelitian ini dari awal hingga
akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Buah
Departemen Pertanian. 2011. Volume Ekspor
Impor Buah Segar. Kementerian Pertanian: Jakarta (On-line). (http://www.
holtikultura deptan. go. id). Diakses 20 Juni 2014.
Hadiwiyoto, S. dan
Soehardi, 1981. Penanganan Lepas Panen I.
Remadja Karya Offset. Bandung.
Kader,
A. A., R.f.
Kasmire, f.G. Mitchell, M.
S. Reid, N. f.
Sommer and J.f. hompson,
1985. Post harvest Technology of Horticultural crops.
Lakitan, B,
1995. Hortikultura. Teori, Budidaya, dan
Pascapanen. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. Hal : 144 – 145.
Natawidjaja, P. S. 1983. Mengenal Buah-buahan Yang Bergizi.
Pustaka Dian. Jakarta. Hal 4-24.
Nurvita, 2010. Etilen.
Departemen Biologi Universitas Pandjadjaran. Bandung
Salvador, A.,
Carvalho, C.P., Navarro, P.,
Monterde, A., Martinez-Javega, J.M.,
2008. Effect of auxin
treatments on calyx
senescence in the Degreening of
four mandarin cultivars. HortScience 43,
747–752.
Pangestuti, R dan
Supriyanto, P. 2012. Upaya Mendapatkan dan Mempertahankan Mutu Jeruk Keprok SoE Melalui Optimasi
Umur Panen dan Penyimpanan Suhu Dingin. Kota Batu: Balitjestro.
Supriyanto, A., M.Winarno dan Setiono. 2005. Preferensi pasar terhadap
kelas buah Jeruk Siam Banjar. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika
Indonesia, Batu, 28-29 Juli 2005. Puslitbang Hortikultura. p:117-121.
Yatim W. 2007. Kamus Biologi.
Obor. Jakarta.
Zahirotul, et al. 2010. Pengaruh konsentrasi kalsium karbida dan lama proses
penguningan (Degreening) terhadap
kualitas jeruk siam banjar. Prosiding. Kalimantan
Selatan
Lampiran 1. Hasil perubahan degreening jeruk Siem Purbalingga selama 15 hari