CONTOH PKM GT (GAGASAN TERTULIS) / QCApps “QUALITY CONTROL APPLICATION” AGROINDUSTRI GULA KELAPA KRISTAL BANYUMAS DALAM UPAYA MENGHADAPI PASAR GLOBAL
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM:
QCApps “QUALITY CONTROL
APPLICATION” AGROINDUSTRI GULA KELAPA KRISTAL BANYUMAS DALAM UPAYA MENGHADAPI PASAR GLOBAL
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
Arifin Budi Purnomo (A1C012025) (2012)
Tri Irawan (A1H012048) (2012)
Yuli Astuti (A1M012019) (2012)
Rubiyanto (FIA013010) (2013)
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
RINGKASAN
Kabupaten Banyumas merupakan
salah satu wilayah potensial penghasil gula kelapa kristal di Jawa Tengah
bahkan di Indonesia dengan permintaan pasar ekspor yang tinggi. Permasalahan
yang sering terjadi adalah tingginya tingkat penyimpangan mutu produk yang tidak sesuai SNI dan standar ekspor sehingga gula kelapa kristal
Banyumas sering ditolak
(reject) pasar ekspor. Untuk menghadapi
permasalah tersebut, dibutuhkan peningkatan kualitas
mutu produk gula baik untuk pengrajin
agroindustri, teknologi,
manajemen serta kebijakan pemerintah yang mendukung. Tujuan
dari penulisan karya tulis ini yaitu: 1) memahami potensi dan
kendala terkini gula kelapa kristal Banyumas; 2) mengetahui solusi yang pernah ditawarkan dalam
penanganan permasalahan gula kelapa kristal Banyumas; 3) mengetahui potensi Quality Control Application (QCApps) dalam mengatasi masalah mutu gula kelapa kristal Banyumas; 4) menerapkan QCApps gula kelapa
kristal di Banyumas; 5) mempertimbangkan
pihak-pihak yang berperan dalam kerjasama pelaksanaan QCApps di Banyumas 6) melakukan langkah
strategis penerapan QCApps gula kelapa kristal Banyumas secara berkelanjutan. Metode penulisan karya tulis ini adalah dengan pendekatan library
research yang relevan dengan tema, hasil survei lapangan, diskusi, jurnal ilmiah, dan sumber lainya dengan
tetap mencamtumkan sumber data.
Selanjutnya data dianalisis dengan
metode analisis deskriptif terhadap permasalahan yang ada kemudian digeneralisasikan untuk menarik sebuah solusi kesimpulan. Banyumas yang sebenarnya
memiliki potensi besar sebagai sentra penghasil gula kelapa kristal terbesar di
Indonesia dengan permintaan pasar global yang tinggi menjadi sangat perlu
diadakanya suatu pengaplikasian sistem quality control demi mencapai
produk berkualitas ekspor sehingga permintaan yang tinggi tersebut dapat
terpenuhi dan kesejahteraan petani gula Banyumas dapat terwujud. Berdasarkan
pembahasan, dapat disimpulkan: 1) QCApps merupakan sistem pelaksanaan penjaminan dan
pengendalian mutu gula kelapa kristal di Banyumas; 2) Solusi yang pernah
ditawarkan terhadap permasalahan gula kelapa kristal Banyumas sejauh ini hanya
sebatas pada lingkup petani tertentu dan masih minimnya pengaplikasian di
masyarakat pengrajin gula secara luas; 3) Keberadaan QCApps menjadi
penting di Banyumas dalam upaya pembinaan petani gula untuk menghasilkan produk
sesuai standar sehingga mampu memenuhi permintaan pasar global yang tinggi; 4) Penerapan
QCApps dalam mengendalikan mutu dan keamanan produk gula kelapa kristal
harus sesuai dengan GMP, SSOP dan HACCP demi mencapai standar SNI dan ekspor;
5) Pihak-pihak yang dipertimbangan dalam kerjasama pelaksanaan QCApps di
Banyumas meliputi LPPM UNSOED, LPPSLH Purwokerto, CV.Inagro Jinawi, Koperasi
dan Gapoktan di Banyumas hingga Pemda Kabupaten Banyumas; 6) Langkah strategis
penerapan QCApps di antaranya: sosialisasi dan training penerapan QCApps, demo praktik langsung, pendirian
industri rumahan sebagai referensi serta monitoring
dan evaluasi yang diiringi kerjasama berbagai lembaga yang dijadikan partner
kerjasama demi kelancaran pelaksanaan QCApps di Banyumas.
Rekomendasi dari karya tulis ini adalah perlu adanya realisasi di lapangan
dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat mengingat potensi Banyumas sebagai
pengrajin gula kelapa begitu besar, namun hanya segelintir petani saja yang
mampu menghasilkan produk berstandar mutu ekspor.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara dengan kekayaan alam potensial, salah satunya adalah hasil
pertanian yang melimpah. Usaha pengembangan perekonomian sektor pertanian ataupun agroindustri menjadi dasar untuk menopang sektor
perekonomian lain. Dengan demikian, pengembangan pertanian agroindustri merupakan salah satu upaya untuk pemberdayaan ekonomi rakyat
di Indonesia (Sumodiningrat, 2001).
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah sentra agroindustri gula
kelapa kristal/semut yang sangat potensial di Jawa Tengah bahkan di Indonesia. Permintaan pasar akan gula kristal/semut hasil
produksi Banyumas ini bukan hanya pasar nasional melainkan sudah mencapai pasar
ekspor. Menurut data dari Disperindag Kabupaten
Banyumas (2009), pada tahun 2008 terdapat kurang lebih 28.300 unit usaha gula
kelapa di kabupaten Banyumas seperti pada tabel berikut:
Tabel
1. Jumlah unit usaha gula kelapa di Kabupaten Banyumas
No
|
Kecamatan
|
Jumlah Unit Usaha
|
Jumlah Produksi
(kg/hari)
|
1
|
Cilongok
|
8.560
|
29.960
|
2
|
Ajibarang
|
2.104
|
7.364
|
3
|
Wangon
|
4.130
|
14.455
|
4
|
Somagede
|
1.488
|
5.208
|
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Banyumas (2009)
Namun permasalahan yang sering terjadi di tingkat pengrajin gula
kelapa kristal di wilayah Banyumas adalah masih tingginya keragaman dan tingkat penyimpangan mutu
produk, sehingga produk kurang atau tidak sesuai dengan standar mutu nasional
gula kelapa kristal (SNI-SII.0268-1985). Disamping itu, tingkat kemanan pangan
gula kelapa kristal khususnya penggunaan sulfit sebagai bahan additive dan adanya cemaran logam yang dapat membahayakan bagi
kesehatan, masih kurang diperhatikan
oleh pengrajin. Kondisi tersebut menyebabkan produk gula kelapa kristal yang dihasilkan sering ditolak (reject) pasar ekspor karena mutunya rendah atau tidak memenuhi
standar
nasional dan standar ekspor. (Disperindagkop Kabupaten Purbalingga dan Banyumas, 2007).
Berangkat dari pemikiran tersebut, timbul gagasan
perlu adanya QCApps (Quality Control Application) pembuatan gula kelapa
kristal di wilayah Banyumas. Seperti yang telah diketahui bahwa Banyumas
merupakan sentra agroindustri gula kelapa kristal yang memiliki potensi dalam
memenuhi permintaan pasar nasional dan pasar ekspor yang besar. Selanjutnya
dengan adanya QCApps nantinya dapat membantu pengembangan agroindustri
gula kelapa kristal di Banyumas sehingga mampu bersaing dan memenuhi permintaan
pasar global.
B.
Tujuan
Tujuan dari penulisan
karya tulis ini yaitu:
1.
Memahami Potensi dan Kendala Pengembangan Gula Kelapa Kristal Banyumas
2.
Mengetahui Solusi yang Pernah Ditawarkan dalam Penanganan Permasalahan Gula
Kelapa Kristal Banyumas
3.
Mengetahui Potensi QCApps dalam Mengatasi Masalah Mutu Gula Kelapa Kristal di Banyumas
4.
Menerapkan QCApps Gula Kelapa Kristal di Banyumas
5.
Mempertimbangkan
Pihak-pihak yang Berperan dalam Kerjasama Pelaksanaan QCApps di Banyumas
6.
Melakukan Langkah Strategis Penerapan QCApps Gula Kelapa Kristal Banyumas Secara
Berkelanjutan
C.
Manfaat
Manfaat yang dicapai dari tulisan ini adalah:
1. Secara keilmuan, sebagai kontribusi ilmiah bagi
dinamisasi Ilmu dan Teknologi Pertanian yang berkaitan dengan pengembangan
agroindustri kelapa dengan pemanfaatan kearifan lokal pedesaan.
2. Secara ekonomi, sebagai gambaran strategis rencana
pengembangan serta pengoptimalan potensi agroindustri gula kelapa kristal
Banyumas demi terwujudnya pembangunan perekonomian daerah.
3. Secara sosial, memberikan pengetahuan serta
pandangan kepada masyarakat akan pentingnya penjaminan kualitas atau
standarisasi mutu produk agroindustri demi menghadapi permintaan maupun
persaingan pasar global.
II.
GAGASAN
A.
Potensi dan Kendala Terkini Pengembangan Produk Gula
Kelapa Kristal Banyumas
Gula kelapa kristal atau juga disebut sebagai gula
semut merupakan hasil olahan nira tanaman familia palmae yang berbentuk
serbuk. Gula kelapa kristal memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan gula
nasional dan juga berpeluang untuk masuk di pasaran luar negeri (ekspor)
seperti ke Singapura, Jepang, Hongkong, USA dan Jerman. Berdasarkan survei
pasar, permintaan gula untuk ekspor sangat besar sekitar 400 ton/tahun dan baru
terpenuhi sekitar 50% dari total permintaan (Pragita,
2010).
Dewasa ini negara-negara pengekspor
gula kelapa maupun industri pangan dalam negeri yang menggunakan bahan baku
gula kelapa, akan menolak jika gula yang akan dibeli tidak memiliki sertifikat
jaminan keamanan pangan seperti sertifikasi kebersihan bahan, proses, dan tidak
ada bahan pengawet atau pengeras dalam proses produksi (Susanto, 2012).
Produk
gula kelapa yang membuatnya ditolak oleh industri pangan adalah karena terdapat
kandungan bahan kimia natrium bisulfit atau metabisulfit. Bahan tersebut digunakan
sebagai pengawet nira agar nira tidak mudah rusak dan membuat warna gula lebih kuning cerah
(Tjahjaningsih, 1996). Mengkonsumsi natrium bisulfit dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan masalah kesehatan kerusakan hati (liver) dikarenakan bahan ini dapat mengendap di hati.
B.
Solusi yang Pernah Ditawarkan dalam Penanganan
Permasalahan Gula Kelapa Kristal Banyumas
Gula Center Unsoed yang terletak
dibawah naungan LPPM Unsoed telah melakukan sekurangnya lima belas kegiatan
ilmu pengetahuan dan teknologi terkait gula kelapa, kemudian banyak akademisi
dan peneliti lain yang melakukan kegiatan terhadap gula kelapa. Kegiatan
yang dilakukan untuk produsen gula kelapa di Banyumas merupakan penyuluhan
aktif hingga pendampingan dari hulu ke hilir. Petani gula kelapa yang
awalnya hanya membuat gula kelapa cetak, kini sedikit demi sedikit elah mulai beralih
memproduksi gula kelapa kristal.
Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup
(LPPSLH) Purwokerto pada beberapa tahun terakhir juga telah melakukan beberapa
upanya penyuluhan dan pendampingan pengembangan produk gula kelapa kristal di Banyumas.
Kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 2008 hingga sekarang. Sampai saat ini
telah terdapat sembilan desa dari empat kecamatan di Banyumas yang didampingi.
Pihak LPPSLH sendiri masih mengalami bayak kesulitan dalam pembinaan produsen
gula kelapa Banyumas. Selain mungkin karena kebiasaan produsen menggunakan
bahan kimia yang sulit dirubah juga masih minimnya tenaga lapangan yang mampu
membimbing secara berkelanjutan.
C.
Potensi dan Peranan QCApps dalam Mengatasi Masalah Mutu
Gula Kelapa Kristal di Banyumas
Quality Control Application (QCApps) merupakan sebuah sistem penerapan
kontrol kualitas yang ditujukan bagi para pengrajin gula kelapa kristal dalam memproduksi gula kristal
yang masih menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia seperti laru dalam
proses produksi gula inilah yang menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan keamanan pangan.
Pihak Universitas Jenderal
Soedirman dengan LPPM yang dinaunginya sampai saat ini memang secara
berkelanjutan melakukan penelitian di bidang gula kelapa kristal. Namun dari
segi pengaplikasian dalam bentuk penyuluhan maupun pembimbingan kepada produsen
gula kelapa kristal Banyumas dinilai belum berjalan maksimal. Hal tersebut
dikarena kanhanya sebagian kecil pendampingan yang dilakukan di Banyumas.
Justru beberapa pendampingan produksi gula kelapa kristal cenderung dilakukan
di wilayah Purbalingga.
Kondisi serupa juga
terjadi di sisi Pemerintah Daerah Banyumas. Pemda Banyumas dinilai telat dan
lamban dalam penanganan permasalahan gula kelapa kristal Banyumas. Ketika pihak
LPPM Unsoed dan LPPSLH Purwokerto telah melakukan pengembangan dan pendambingan
sekitar tahun 2008 dan 2009, pihak Pemda Banyumas baru melirik produk ini pada
tahun 2012 dan akhirnya penetapkan sebagai produk unggulan Banyumas. Beberapa
bantuan dari Pemda Banyumas seperti alat produksi gula hanya dibagikan kepada
sebagian kecil petani pengrajin gula kelapa. Sejauh ini justru bisa dibilang
Pemda Banyumas hanya sekedar menjalankan program saja tanpa pendampingan yang
berkelanjutan.
Adanya QCApps di
Banyumas berperan penting dalam mengatasi berbagai permasalahan pengembangan
gula kelapa kristal Banyumas. Adanya bentuk kerjasama dengan berbagai pihak
diatas akan semakin melengkapi dan mengisi kekurangan yang ditemui. Sampai saat
ini beberapa lembaga yang telah disebutkan memang terkesan berjalan pada rute
sendiri-sendiri. Belum adanya kesinambungan untuk bekerjasama, bersinergi serta
bergerak bersama untuk mengatasi permasalahan yang ada. Bukan hanya dalam segi
peningkatan kualitas dan sertifikasi gula kelapa kristal ekspor saja, namun
juga mencangkupi sisi jalur pemasaran sehingga pemenuhan pasar global dapat
terpenuhi.
D.
Penerapan QCApps Gula Kelapa Kristal di Banyumas
Pengedalian mutu produk makanan di
pengaruhi dengan adanya; teknologi dan industri pangan, konsep mutu, GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Standard
Sanitation Operating Procedure), HACCP (Hazard Analisys
Critical Control Point), ruang lingkup pengawasan mutu pangan, keterkaitan
pengawasan mutu dan penerapan manajemen mutu.
- Proses GMP (Good Manufacturing Practice)
GMP merupakan suatu prosedur dalam industri pangan
dimana konsistensi produk akhir dari kualitas keamanan pangan dimonitor dengan
pengujian laboratorium saat proses berlangsung (Adams dan Moss, 1995). SSOP (Standard
Sanitation Operating Procedure) merupakan suatu prosedur standar
operasi sanitasi yang harus dipenuhi oleh produsen untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap bahan pangan
seperti benda asing, mikroba, hewan pengerat,
lingkungan, pekerja, dan peralatan (Afrianto, 2008). GMP dan SSOP merupakan
prasyarat dasar bagi industri jika ingin menerapkan sistem HACCP.
- Sistem SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure)
Penerapan SSOP mengacu pada
prinsip-prinsip sanitasi yang terdiri dari delapan kunci persyaratan sanitasi
menurut NSHATE (1999) dalam Winarno (2011). Delapan kunci prinsip
sanitasi (Winarno, 2011), yaitu: 1) Keamanan air; 2) Kondisi dan kebersihan yang kontak dengan bahan pangan; 3) Pencegahan kontaminasi silang; 4) Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet; 5) Proteksi dari bahan-bahan
kontaminan; 6) Pelabelan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan toksin yang benar; 7) Pengawasan kondisi kesehatan
personil yang dapat mengakibatkan kontaminasi; 8) Menghilangkan hama dari unit pengolahan.
- Sistem HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point)
HACCP adalah suatu sistem jaminan
mutu yang digunakan untuk mengontrol area atau titik dalam sistem pangan yang
berkontribusi terhadap bahaya kontaminasi mikroba pathogen, bahaya fisik, bahaya
kimia bahan mentah, proses, penggunaan oleh konsumen maupun penyimpanan
(Winarno, 2012).
Dari berbagai tinjauan tersebut, pengendalian
mutu produk makanan dapat menggunakan cara; mengevaluasi cara produksi makanan, critical process, memantau dan
mengevaluasi penanganan, pengolahan serta sanitasi, meningkatkan inspeksi
mandiri.
E.
Pihak - Pihak yang Dipertimbangan dalam Kerjasama
Pelaksanaan QCApps di
Banyumas
1.
LPPM UNSOED
Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat ini merupakan lembaga yang secara struktur terletak
dibawah Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Lembaga ini aktif dalam
berbagai kegiatan penelitian, riset, pengembangan inovasi maupun teknologi baik
dari kalangan akademisi maupun mahasiswa. Hasil riset atau penelitian tersebut
selanjutnya akan diterapkan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat secara
luas.
2.
LPPSLH Purwokerto
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan
Lingkungan Hidup ini merupakan lembaga yang bergerak dalam pembangunan
pertanian yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
kedaulatan petani. LPPSLH telah melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga internasional
seperti Oxfam, GTZ German, Canada Fund UNDP, AusAID, VECO Indonesia, HIVOS Asia
Tenggara dan sebagainya. Dalam hal
ini LPPSLH dapat dijadikan partner
yang berkompeten mengenai pendidikan sertifikasi gula kelapa kristal
Banyumas agar mampu memenuhi permintaan ekspor negara-negara yang telah bekerja
sama.
3.
CV. Inagro
Jinawi Purwokerto
Inagro Jinawi
merupakan lembaga swasta yang berbadan hukum CV. Lembaga ini bergerak dalam
pengembangan dan pemasaran produk olahan seperti gula kelapa kristal. Sampai
saat ini CV. Inagro Jinawi telah memiliki sertifikat quality control
dari beberapa negara eropa dan bahkan telah melakukan ekspor gula kelapa
kristal di negara-negara tersebut. Dengan adanya kerjasama dengan CV. Inagro
Jinawi akan mempermudah jalur pemasaran hingga ekspor gula kelapa kristal para
petani gula Banyumas.
4.
Koperasi maupun
Gapoktan Gula Kelapa di Wilayah Banyumas
Gabungan Kelompok
Tani maupun Koperasi Desa memegang peranan penting dalam perkembangan pertanian
berkelanjutan. Koperasi maupun kelompok tani mampu memberikan setidaknya
pinjaman modal kepada petani, sarana penyalur bantuan-bantuan dan sebagainya.
Kedua lembaga ini sanggat diperlukan dalam pelaksanaan QCApps di
Banyumas, mengingat lembaga ini memiliki posisi terdekat dengan petani di
lapangan.
5.
Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyumas
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sangat penting dalam proses kelancaran
penerapan QCApps di Banyumas. Regulasi perizinan dan dukungan dari
pemerintah daerah sangat menjadi penting mengingat posisi pemerintahan mampu
menarik hati dan menggerakkan kegiatan pembangunan pertanian di masyarakat
secara bersama-sama di segala elemen.
F. Langkah Strategis Penerapan Quality Control Gula Kelapa Kristal Banyumas Secara Berkelanjutan
Perlu dilakukan suatu langkah startegis dalam
mengimplementasikan Quality Control Application dalam upaya peningkatan mutu
produk gula kelapa kristal di Banyumas. Adapun langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan di antaranya:
1.
Sosialisasi
dan Training
Penerapan Quality Control Gula Kelapa Kristal
Tahapan ini dilakukan dengan pemberian informasi terkait standar gula
kelapa kristal, menerapkan training kepada para petani cara pengolahan gula kelapa kristal sesuai standar. Tahapan ini bertujuan untuk membentuk petani yang
ahli dalam pengolahan gula kelapa kristal sesuai standar mutu
tertentu, sehingga ketika petani dilepas di masyarakat, sistem tetap akan
berjalan.
2.
Demo dan
Praktik Langsung Produksi Gula Kelapa Kristal Berstandar Mutu
Melaksanakan
workshop serta training secara intensif bagi masyarakat terkait produksi gula
kelapa kristal sesuai kualitas SNI dan ekspor. Praktik langsung bukan hanya sebatas dilakukan pada saat workshop atau training saja, melainkan harus dilakukan pendampingan kepada para
pengrajin gula. Selain itu, pengujian dan evaluasi terkait informasi dan materi
yang telah diterima oleh masyarakat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemajuan pemahamannnya.
3.
Pendirian Industri Rumahan Sebagai Referensi
Pendirian industri gula kelapa dilakukan sebagai contoh atau acuan bagi
masyarakat di Banyumas sehingga mempermudah proses pembukaan usaha home industry pengrajin gula kelapa kristal sesuai standar. Kegiatan ini dilakukan dengan bekerja sama dari pihak-pihak seperti LPPM UNSOED, LPPSLH Purwokerto, hingga Pemerintah Daerah Banyumas.
Dengan adanya rumah industri referensi inilah, sewaktu-waktu petani mengalami
kesulitan dapat secara langsung mencari referensi produksi gula dengan metode,
peralatan dan bahan yang sesuai. Sehingga gula kelapa kristal yang dihasilkan
akan berkualitas.
4. Pembentukan Jalur Pemasaran
Tiada berarti ketika suatu produk berkualitas dihasilkan jikalau tidak
mampu untuk dijual sampai ketangan konsumen. Maka dari itu sangatlah menjadi
perlu dibentuknya suatu jalur pemasaran produk gula kelapa kristal Banyumas.
Jalur pemasaran dapat terwujud dengan dilakukanya kerjasama pada pihak luar
contohnya seperti adanya kerjasama kepada CV. Inagro Jinawi Purwokerto yang
memang sampai saat ini selalu bertindak sebagai buyer gula kelapa
kristal yang diproduksi petani di desa-desa.
5. Monitoring dan Evaluasi
Pengawasan dan evaluasi dilakukan sebagai tindakan aplikatif yang
berkesinambungan serta berkelanjutan sampai tercapainya produk berstandar ekspor bagi
para pengrajin gula kelapa kristal. Sehingga
produk gula kelapa kristal Banyumas mampu memenuhi pasar ekspor secara
maksimal.
baca juga: CONTOH PROPOSAL PKM PENGABDIAN MASYARAKAT / PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN CLEAN ENERGY LIMBAH PLASTIK DI KAMPUNG DAYAK, PURWOKERTO SELATAN
baca juga: CONTOH PROPOSAL PKM PENGABDIAN MASYARAKAT / PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN CLEAN ENERGY LIMBAH PLASTIK DI KAMPUNG DAYAK, PURWOKERTO SELATAN
III. KESIMPULAN
Quality Control Application (QCApps) merupakan sistem yang dibentuk dalam rangka pelaksanaan
sistem penjaminan dan pengendalian mutu produksi gula kelapa kristal di
Banyumas. Pengendalikan mutu dan keamanan produk gula kelapa kristal harus
sesuai dengan GMP, SSOP dan HACCP demi mencapai standar SNI dan ekspor. Keberadaan
QCApps menjadi penting di Banyumas dalam upaya pembinaan petani gula
untuk menghasilkan produk sesuai standar sehingga mampu memenuhi permintaan
pasar global yang tinggi.
Pihak-pihak yang dipertimbangan dalam kerjasama
pelaksanaan QCApps di Banyumas meliputi LPPM UNSOED, LPPSLH Purwokerto,
CV. Inagro Jinawi Purwokerto, Koperasi dan Gapoktan di wilayah Banyumas hingga
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Langkah strategis penerapan QCApps
di antaranya: sosialisasi dan training
penerapan QCApps, demo praktik langsung, pendirian industri rumahan
sebagai referensi serta monitoring
dan evaluasi yang diiringi kerjasama berbagai lembaga diatas.
Rencana penerapan QCApps di Banyumas
menjadikan para pengrajin agroindustri gula kelapa kristal semakin optimis
dalam menghadapi pasar global. Para pengrajin telah dibekali ketrampilan
menghasilkan gula kelapa kristal berkualitas ekspor. Bukan hanya pada segi
pembuatan gula, akan tetapi sertifikasi produk serta jaringan pemasaran produk
akan lebih dipermudah. Sehingga para petani gula kelapa kristal di Banyumas
lebih dapat meningkat kesejahteraanya serta Banyumas menjadi sektor
agroindustri gula kelapa kristal di Indonesia. Konsep ini sangat cocok dengan
tujuan pembangunan perekonomian nasional berbasis sumber daya lokal pedesaan. Kerja sama yang baik
antara para pemangku kepentingan dan lembaga-lembaga diatas sangatlah dibutuhkan demi tercapainya keberhasilan pembangunan pedesaan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams,
M. R. dan M. O. Moss. 1995. Food Microbiology, Cambridge .
Afrianto, E. 2008. Pengawasan
Mutu Bahan Produk Pangan Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta .
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI: Gula Kelapa
Krital SII 0268-85. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta .
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyumas tahun.
2003. Data Lahan Kelapa Kabupaten
Banyumas
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas.
2008. Data
Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas
Dinas Perindustrian Kabupaten Banyumas. 2007. Data Produk Gula Kelapa Tahun. Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Banyumas, Banyumas.
Kusumo, A. 2005. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Adopsi Inovasi Pembuatan Gula Semut Di Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas. Skripsi.Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal
Soedirman.
Mustaufik dan P. Haryanti. 2006. Evaluasi Mutu Gula
Kelapa Kristal yang Dibuat dari Bahan Baku Nira dan Gula Kelapa Cetak. Laporan Penelitian. Peneliti Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian Unsoed. Purwokerto. (tidak
dipublikasikan)
Naufalin, R. 2012. Penerapan Teknologi Pengolahan Nira Kelapa untuk
Menghasilkan Gula Kelapa sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Makalah
disampaikan dalam Seminar
Sosialisasi Hasil Penelitian Penerapan GAP pada Kelapa Sadap dan GMP pada Gula
Kelapa Kerjasama Unsoed-Heinz ABC Jakarta, LPPM
Unsoed, Purwokerto, 6 Desember 2012Prasojo (2005) dalam Ramadhani (2006)
Pragita, T. 2010. Evaluasi Keragaman Dan
Penyimpangan Mutu Gula Kelapa Kristal (Gula Semut) Di Kawasan Home
Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas.
Skripsi.Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal
Soedirman
Sumodiningrat,
G. 2001. Responsi Pemerintah Terhadap
Kesenjangan Ekonomi. Per Pod, Jakarta
Tjahjaningsih, J., 1996. Evaluasi Daya Simpan dan
Prevalensi Berbagai Macam Gula Merah Palma Tradisional dari Beberapa Daerah
Potensi Produksi di Karesidenan Banyumas.
Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian
UNSOED, Purwokerto (tidak dipublikasikan)
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta