PROPOSAL PENELITIAN PARTISIPASI PENGRAJIN GULA KELAPA KRISTAL DALAM KEANGGOTAAN KOPERASI NIRA SATRIA BANYUMAS
USUL PENELITIAN
PARTISIPASI PENGRAJIN GULA
KELAPA KRISTAL DALAM KEANGGOTAAN KOPERASI NIRA SATRIA BANYUMAS
Oleh:
Arifin Budi Purnomo
NIM A1C012025
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian
pada Pendidikan Strata
Satu Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
USULAN PENELITIAN
PARTISIPASI PENGRAJIN GULA
KELAPA KRISTAL DALAM KEANGGOTAAN KOPERASI NIRA SATRIA BANYUMAS
Oleh:
Arifin Budi Purnomo
NIM A1C012025
Diterima dan disetujui
Tanggal:
Pembimbing I,
Ir. SH. Suseno, S.U.
NIP. 19521213 198003 1 001
|
Pembimbing II,
Ir.
Sundari, M.P.
NIP. 19521216
198203 2 001
|
Mengetahui:
Wakil
Dekan Bidang Akademik,
Dr.
Ir. Heru Adi Djatmiko, M. P.
NIP
19601108 198601 1 001
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian
yang berjudul “Partisipasi
Pengrajin Gula Kelapa Kristal Dalam Keanggotaan Koperasi Nira Satria Banyumas” dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr. Ir. Anisur Rosyad, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman.
2.
Dr.
Ir. Heru Adi Djatmiko, MP. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
3.
Ir. SH. Suseno, S.U. selaku Dosen Pembimbing I.
4.
Ir. Sundari, M.P.
selaku Dosen Pembimbing II.
5.
Bapak
dan ibu tercinta serta keluarga
yang selalu memberikan doa dan dorongan selama dalam penyusunan usulan penelitian ini.
6.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun demikian
penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
Purwokerto,
Oktober 2015
Penulis
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan
ideologi Negara, yaitu Pancasila. Konsep perekonomian tersebut mengacu pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan khususnya Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945 yang
menyatakan “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan”. Didalam penjelasannya dicantumkan bahwa badan usaha yang sesuai
dengan Pasal 33 tersebut adalah koperasi. Hal ini menempatkan koperasi sebagai
soko guru dalam perekonomian nasional yang diharapkan mampu memumbuh kembangkan
potensi ekonomi rakyat atas dasar azas kekeluargaan dalam usaha bersama.
Dewasa ini kehidupan koperasi telah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia karena hidup berkoperasi berarti hidup bersama berdasarkan
azas kekeluargan dalam membangun perekonomian. Saat ini pemerintah telah
mencanangkan misi untuk memajukan kegiatan ekonomi melalui koperasi sesuai dengan
apa yang dikehendaki Undang–Undang Dasar 1945. Dalam pelaksanaanya pemerintah
akan membangun koperasi hingga mempunyai kemampuan untuk dapat dipergunakan
sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional.
Hendar (2010)
mendefinikan bahwa koperasi merupakan organisasi otonom dari orang-orang yang
berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial
dan budaya secara bersama-sama melalui kegiatan usaha yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis.
Di Indonesia koperasi menjadi salah satu pilar
pembangunan ekonomi yang berperan dalam pengembangan berbagai sektor termasuk
didalamnya sektor pertanian.
Ketaren (2007) menyebutkan bahwa peranan koperasi terhadap
perekonomian Indonesia meliputi: peningkatan manfaat sosial ekonomi bagi
masyarakat dan lingkungan, pemahaman terhadap azas dan tata kerja koperasi,
meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan
keadilan dan meningkatkan kesempatan kerja. Peranan koperasi tersebut diperkirakan
akan semakin penting terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan
ekonomi rakyat yang memegang peranan strategis dalam pelaksanaan Pasal 33 ayat
1. Hal ini tidak lain dikarenakan posisi lembaga koperasi yang secara umum
lebih mampu menjalin hubungan bersama antar individu dalam pengembangan
usahanya terutama di bidang pertanian yang secara umum masih menjadi mayoritas
mata pencaharian penduduk Indonesia.
Kabupaten Banyumas merupakan
salah satu daerah potensial di bidang pertanian khususnya sebagai sentra
wilayah pengolahan hasil pertanian atau disebut dengan agroindustri.
Agroindustri yang terkenal produknya sebagai produk unggulan wilayah Banyumas
adalah produk gula kelapa. Jenis gula kelapa yang dikenal oleh masyarakat yaitu
gula kelapa cetak dan gula kelapa kristal. Gula kelapa cetak merupakan hasil olahan nira tanaman familia palmae yang
umumnya dicetak dalam bentuk tabung dan cakram. Gula ini banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai bumbu masak karena memiliki aroma dan rasa yang khas karamel
palma. Gula kelapa memiliki warna, aroma, dan rasa yang khas sehingga jika
beberapa produk makanan tertentu menggunakan gula lainnya maka karakteristik
produk tersebut akan hilang (Santoso, 1993).
Berdasarkan data perkembangan komoditas agroindustri pengolahan
pangan Kabupaten Banyumas tahun 2009–2013 teridentifikasi bahwa agroindustri
gula kelapa menempati posisi pertama dari jenis agroindustri pengolahan pangan
yang lainya. Kondisi ini semakin ini semakin memperkuat pernyataan bahwa gula
kelapa merupakan produk unggulan Kabupaten Banyumas yang harus dikembangkan.
Tabel 1. Perkembangan Komoditas Agroindustri Pengolahan
Pangan Kabupaten Banyumas Tahun 2009 – 2013
No
|
Komoditas
|
Produksi
|
Jumlah
Unit usaha
|
||||||
Satuan
|
2009
|
2012
|
Perkem
bangan
|
Estimasi
2016
|
2009
|
2012
|
Perkem
bangan
|
||
1
|
Gula Kelapa
|
ton/th
|
49.167
|
63.102
|
positif
|
81.329
|
29.000
|
31.182
|
positif
|
2
|
Tepung Tapioka
|
ton/th
|
12.000
|
17.496
|
positif
|
25.472
|
90
|
110
|
positif
|
3
|
Getuk Goreng
|
ton/th
|
2.100
|
3.055
|
positif
|
4.455
|
34
|
69
|
positif
|
4
|
Tahu
|
ton/th
|
10.378
|
12.304
|
positif
|
14.667
|
814
|
821
|
positif
|
5
|
Susu
|
ton/th
|
600
|
1.855
|
positif
|
3.122
|
1
|
1
|
tetap
|
6
|
Kerupuk
|
ton/th
|
298
|
421
|
positif
|
602
|
97
|
152
|
positif
|
7
|
Klanting
|
ton/th
|
191
|
384
|
positif
|
642
|
196
|
271
|
positif
|
8
|
Tempe
|
ton/th
|
14.137
|
23.890
|
positif
|
37.629
|
2.116
|
3.861
|
positif
|
9
|
Indust. Makanan
|
ton/th
|
4.246
|
7.466
|
positif
|
11.086
|
211
|
794
|
positif
|
10
|
Bandeng Presto
|
ton/th
|
4.191 6.391
|
positif
|
8.851
|
73
|
102
|
positif
|
Sumber: Pemda Banyumas 2013 dalam
Ahmad dan Priyono 2013
Sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi, pola konsumsi masyarakat
akan sebuah produk pangan mengalami perubahan kearah produk yang mengutamakan
kemananan pangan. Dewasa ini pola konsumsi gula di masyarakat mulai bergeser
kearah konsumsi gula kelapa kristal dari yang awalnya mengonsumsi gula rafinasi
atau gula tebu. Gula
kelapa kristal atau juga disebut gula semut merupakan hasil olahan nira tanaman
familia palmae yang berbentuk serbuk. Perbedaan antara gula semut dengan gula merah yaitu dalam pembuatan gula
semut tidak dilakukan pencetakan melainkan digesek sehingga akan berbentuk
serbuk atau kristal (LIPI dalam Kusumo, 2005). Salah satu
keunggulan dari gula kelapa kristal ini dari segi kesehatan adalah gula kelapa
kristal memiliki kandungan glycemic index yang lebih rendah daripada gula
rafinasi sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Sejauh ini permintaan konsumen akan gula kelapa kristal Banyumas senantiasa
mengalami peningkatan baik pasar lokal maupun pasar ekspor hingga ke beberapa
negara. Menurut Pragita (2010), negara yang memiliki permintaan akan gula
kelapa kristal ini antara lain seperti; Singapura, Jepang, Hongkong, USA dan
Jerman. Berdasarkan survei pasar, permintaan gula kelapa kristal untuk ekspor
sangat besar yakni sekitar 400 ton/tahun. Namun dari total permintaan yang
besar tersebut produsen baru dapat memenuhi sekitar 50% dari total
permintaan.
Perjalanan pengembangan agroindustri gula kelapa
kristal di Banyumas secara umum tidak bisa lepas dari peranan sebuah
kelembagaan sosial salah yakni koperasi. Kelembagaan koperasi yang sejauh ini
konsisten mengembangan produk unggulan Banyumas yakni gula kelapa kristal
adalah Koperasi Nira Satria yang terletak di Desa Pernasidi, Kecamatan
Cilongok, Kabupaten Banyumas. Koperasi
Nira Satria merupakan satu-satunya koperasi yang mewadahi khususnya produsen
gula kelapa kristal di Kabupaten Banyumas. Koperasi Nira Satria terbentuk
sesuai dengan keputusan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 240/BH/XIV.2/2011, pada keputusan tersebut mengesahkan akta
Koperasi Serba Usaha “Nira Satria” yang sebelumnya beralamat di RT.001, RW.004
Desa Rancamaya, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Dengan disahkannya Akta
Pendirian Koperasi tersebut maka secara legalitas hukum, koperasi Nira Satria
sudah sah.
Mengingat permintaan ekspor gula kelapa kristal Banyumas yang besar untuk
pasar luar negeri, peran Koperasi Nira Satria dalam pengembangan produk unggulan
Banyumas ini sangatlah strategis. Sampai saat ini kegiatan koperasi
terfokus pada pembinaan petani gula untuk memproduksi gula kelapa kristal
berkualitas ekspor. Selain pembinaan pada produksi, peran koperasi juga
memegang sektor pemasaran gula kelapa kristal yang saat ini semakin meningkat
tiap tahunnya.
Keberhasilan dalam pembinaan pengrajin gula kelapa dari waktu ke waktu ini
tidak lepas dari keikutsertaan serta partisipasi anggota koperasi itu sendiri.
Keaktifan sertaa karakteristik anggota koperasi sangat menentukan kemajuan
koperasi Nira Satria kedepannya dalam memajukan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan
komoditas lokal. Dari berbagai uraian diatas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang ingin diselesaikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana partisipasi pengrajin gula kelapa
kristal dalam keanggotaan Koperasi Nira Satria Banyumas?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi
pengrajin gula kelapa kristal dalam keanggotaan di Koperasi Nira Satria
Banyumas?
B.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui
tingkat partisipasi pengrajin gula kelapa kristal dalam keanggotaan
Koperasi Nira Satria Banyumas
2.
Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pengrajin gula kelapa
kristal dalam keanggotaan di Koperasi Nira Satria Banyumas
C.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini adalah :
1.
Sebagai sumbangan pemikiran untuk pengembangan
agroindustri gula kelapa kristal melalui pembinaan kelembagaan koperasi di
wilayah Banyumas dalam upaya menciptakan produk berkualtas dan diterima dipasar
ekspor.
2.
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam menentukan kebijakan sosial khususnya
bidang kelembagaan koperasi dalam rangka pengembangan agroindustri gula kelapa
kristal di Kabupaten Banyumas.
II.
KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.
Kerangka
Pemikiran
Gula
kelapa kristal atau juga disebut sebagai gula semut merupakan hasil olahan nira
tanaman familia palmae yang berbentuk serbuk. Perbedaan antara gula semut dengan gula merah yaitu
dalam pembuatan gula semut tidak dilakukan pencetakan melainkan digesek
sehingga akan berbentuk serbuk atau kristal (LIPI dalam Kusumo, 2005). Produk gula kelapa kristal mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan gula kelapa cetak, yaitu: lebih higienis dan
bebas bahan kimia, mudah larut karena berbentuk kristal, daya simpan yang lebih
lama, bentuknya lebih menarik, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa
dan aromanya lebih khas, mudah difortifikasi / diperkaya dengan bahan lain
seperti Yodium, Vitamin A atau Mineral (Mustaufik dan Haryanti, 2006).
Sejalan dengan kemajuan
zaman dan teknologi, pola konsumsi masyarakat akan sebuah produk pangan
mengalami perubahan kearah produk yang mengutamakan kemananan pangan. Dewasa
ini pola konsumsi gula di masyarakat mulai bergeser kearah konsumsi gula kelapa
kristal dari yang awalnya mengonsumsi gula rafinasi atau gula tebu. Kabupaten
Banyumas sebagai sentra gula kelapa memerlukan upaya diversifikasi produk gula
kelapa yang awalnya cetak menjadi bentuk kristal dalam rangka menembus
permintaan pasar ekspor.
Pragita (2010) menyebutkan
bahwa negara yang memiliki permintaan akan gula kelapa kristal Banyumas antara
lain adalah; Singapura, Jepang, Hongkong, USA dan Jerman. Berdasarkan survei
pasar, permintaan gula kelapa kristal untuk ekspor sangat besar yakni sekitar
400 ton/tahun. Namun dari total permintaan yang besar tersebut produsen baru
dapat memenuhi sekitar 50% saja.
Pengembangan diversifikasi produk gula kelapa kristal
Banyumas tidaklah lepas dari adanya Koperasi Nira Satria Banyumas. Koperasi ini
semenjak didirikan pada tahun 2011 secara konsisten dan berkomitmen fokus pada
penerapan diversifikasi produk gula kelapa kristal jepada pengrajin gula kelapa
cetak. Komitmen ini berjalan dari waktu ke waktu berkat adanya komitmen
partisipasi anggota Koperasi Nira Satria itu sendiri. Para pengrajin gula
anggota koperasi yang aktif berpartisipasi dalam berbagai kebijakan yang
diarahkan koperasi menjadi faktor penting dalam perkembangan kedepannya. Partisipasi anggota memiliki
peran yang sangat penting dalam memajukan dan mengembangkan koperasi, karena
anggota merupakan pemilik, pengelola sekaligus sebagai pengguna barang dan jasa
yang dihasilkan oleh oleh koperasi.
Partisipasi
dimaknai sebagai keikutsertaan anggota dalam kegiatan-kegiatan tertentu, baik
dalam kondisi yang menyenangkan maupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan
(Hendar, 2010). Menurut Revrisond Baswir (2010), usaha koperasi sangat
tergantung pada partisipasi para anggotanya, karena koperasi adalah milik
bersama para anggota dan usahanya ditujukan terutama untuk memenuhi kepentingan
anggota-anggota koperasi tersebut.
Dipandang dari
kedudukan anggota dalam koperasi, partisipasi pada koperasi dapat berupa
partisipasi kontributif dan dapat pula partisipasi insentif. Kedua partisipasi
ini timbul karena adanya peran ganda
anggota sebagai pemilik sekaligus pelanggan. Partisipasi kontributif anggota
dalam kedudukannya sebagai pemilik adalah: 1) Para anggota memberikan
kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam
bentuk kontribusi keuangan (simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela);
dan 2) Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses
pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Sedangkan partisipasi
insentif anggota dalam kedudukannya sebagai pelanggan adalah ketika para
anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh koperasi
dalam menunjang kepentingannya (Hendar, 2010).
Indikator yang sesuai untuk menentukan
tingkat partisipasi adalah indikator berdasarkan dimensi partisipasi yang
dipandang dari kedudukan anggota dalam koperasi, yaitu anggota sebagai pemilik
dan pelanggan koperasi. Partisipasi dalam dimensi tersebut adalah partisipasi
kontributif dan insentif seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sehingga dapat
disimpulkan, indikator yang dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah:
1)
Partisipasi kontributif anggota
terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk
kontribusi keuangan (simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela; jumlah
dan frekuensi simpanan / penyertaan modal);
2)
Partisipasi kontributif anggota
dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap
jalannya perusahaan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian
kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha);
3)
Partisipasi insentif anggota
dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha koperasi, jumlah
dan frekuensi transaksi belanja, intensitas pemanfaatan layanan pinajaman
anggota, frekuensi penjualan barang kepada koperasi).
Panji
Anoraga (2003), menjelaskan bahwa ciri-ciri anggota yang memiliki tingkat
partisipasi yang baik adalah meliputi :
1) Melunasi simpanan pokok
Yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang wajib dibayarkan anggota
untuk enyerahkan kepada koperasi pada
waktu masuk menjadi anggota.
2) Melunasi simpanan wajib
Yaitu simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib
disimpan anggota pada waktu tertentu.
3) Simpana sukarela
Yaitu simpanan yang dilakukan secara sukarela baik jumlahnya
maupun jangka waktunya.
4) Kegiatan membeli, menjual dan menyimpan
pada koperasi
Yaitu setia melakukan transaksi di koperasi tersebut, dengan
menyimpan, meminjam, dan mengembalikan kredit tepat pada waktunya dan lain-lain
sesuai jenis dan usaha koperasinya.
5) Keaktifan dalam koperasi
Yaitu komunikasi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul
dalam koperasi, mempertemukan pendapat-pendapat yang bertentangan antara dua
pihak yang terjadi dalam koperasi.
6) Pengetahuan dalam koperasi
Yaitu memperhatikan, mendukung serta mengontrol koperasi maka
mereka
akan mengetahui seluk beluk koperasi tersebut seperti tentang
pelaksanaan
rapat anggota, tentang pemilihan pengurus, kemajuan koperasi dan
programprogram yang dijalankan koperasi.
7) Motivasi menjadi anggota koperasi
Yaitu motivasi menjadi anggota merupakan bentuk peran serta.
Jika sewaktu menjadi anggota koperasi adalah atas kemauan sendiri, maka mereka
akan aktif mendukung koperasi berkarya dan memberikan jasa pada koperasi.
Berbagai penjelasan diatas secara garis besar menjelaskan
bahwa partisipasi anggota koperasi dapat digolongkan menjadi dua yakni
partisipasi kontributif dan partisipasi intensif dimana dapat diukur dengan
menggunakan skala likert. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap partisipasi pengrajin dalam keanggotaan koperasi. Faktor
tersebut terdiri dari; Simpanan pokok, Simpanan wajib, SHU, Rapat koperasi, Tingkat
pendidikan, Jumlah
tanggungan keluarga,
dan Jarak rumah dengan koperasi yang kesemuanya dapat dianalisis
dengan analisis regresi berganda.
Berbagai uraian yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik
garis besar dalam kerangka penelitian yang menjelaskan bagaimana tingkat
partisipasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi di keanggotaan Koperasi
Nira Satria Banyumas. Secara singkat kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan
pada Gambar 1
berikut.
B. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga bahwa Simpanan pokok, Simpanan wajib, SHU, Rapat koperasi, Tingkat
pendidikan, Jumlah
tanggungan keluarga,
dan Jarak rumah dengan koperasi berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi pengrajin menggunakan dalam keanggotaannya di kegiatan Koperasi
Nira Satria Banyumas.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei. Nazir (2011) menyebutkan
bahwa metode survei merupakan kegiatan penyelidikan yang dilakukan untuk
memperoleh fakta dari gejala yang ada dalam mencari keterangan yang jelas
secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah tertentu. Survei dilakukan
dengan mengumpulkan data, mengadakan wawancara atau tanya jawab terhadap daftar
kuisioner yang telah dibuat kepada sejumlah pengrajin responden terpilih dari
suatu populasi.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cilongok, Kabupaten
Banyumas khususnya pengrajin gula kelapa kristal anggota Koperasi Nira Satria yang
dipilih secara purposive berdasarkan
survei pendahuluan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama
kurang lebih lima bulan dan dimulai setelah usulan penelitian ini disetujui.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah para pengrajin gula kelapa kristal anggota
koperasi Nira Satria Banyumas yang telah tergabung dalam keanggotaan koperasi
selama minimal 1 tahun dan setidaknya telah mengikuti kegiatan atau program
yang dilaksanakan oleh Koperasi Nira Satria Banyumas.
C. Rancangan Pengambilan Sampel
Rancangan pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Two Stage Sampling atau pengambilan
sampel secara dua tahap. Tahap pertama yang digunakan adalah dengan mengunakan metode sampel
bloking atau sering disebut dengan Cluster
Sampling. Cluster Sampling
merupakan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yang berupa kelompok
dari berbagai kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa unit yang
lebih kecil (Sugiarto dkk, 2003).
Selanjutnya dari
kelompok terpilih pada tahap Cluster
Sampling tersebut akan diambil beberapa sampel pengrajin yang
dilakukan secara Simple
Random Sampling (sampel acak sederhana). Banyaknya sampel ditentukan
menggunakan rumus yang dikemukakan Sugiarto (2003) yaitu
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = total banyaknya unit sampling dalam populasi
D = kesalahan maksimum yang masih dapat diterima
Z = variable normal
S2 = standar deviasi sampel
D.
Metode
Pengambilan Data dan Jenis Data
1.
Jenis Data
a.
Data
primer, merupakan data yang yang belum diolah sebelumnya dan diambil secara
langsung dari lokasi penelitian. Dalam penelitian ini penulis mendapat data
primer dengan melakukan wawancara kepada pengrajin gula kelapa kristal di
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
b.
Data
sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber tidak langsung terlibat,
seperti: dokumen data yang berasal dari pengurus koperasi, lembaga, instansi
atau dinas terkait serta pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas dalam penelitian.
2.
Metode Pengambilan Data
a.
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
responden. Dalam hal ini penulis
mengadakan tanya jawab berdasarkan kuisioner untuk meperoleh
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b.
Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan
peninjauan langsung ke lapangan di dengan maksud untuk mengetahui kegiatan
anggota dalam partisipasinya terhadap program yang diberikan oleh Koperasi Nira
Satria Banyumas.
c. Studi
Pustaka
Studi
pustaka merupakan pengumpulan data dengan mempelajari hasil-hasil penelitian,
literatur, internet serta sumber lain yang relevan dengan penelitian.
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Partisipasi pengrajin merupakan bentuk keikutsertaan anggota dalam
kegiatan koperasi, baik dalam kondisi yang menyenangkan maupun dalam kondisi
yang tidak menyenangkan. Partisipasi anggota dapat digolongkan menjadi:
a.
Partisipasi kontributif anggota terhadap
pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi
keuangan.
b.
Partisipasi kontributif anggota dalam penetapan
tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan
koperasi
c.
Partisipasi insentif anggota dalam pemanfaatan
pelayanan
Ketiga
penggolongan partisipasi diatas dapat diukur dengan menggunakan
skala Likerts.
2.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi partisipasi
pengrajin dalam keanggotaan koperasi meliputi:
a.
Simpanan pokok,
merupakan sejumlah uang yang wajib dibayarkan anggota kepada koperasi pada
waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi dan besarnya sama untuk setiap
anggota. Variabel ini dinyatakan dalam rupiah.
b.
Simpanan wajib,
merupakan simpanan yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada
kurun waktu tertentu secara periodik. Variabel ini dinyatakan dalam rupiah.
c.
SHU merupakan besarnya
Sisa Hasil Usaha yang dijalankan oleh koperasi dalam kurun waktu tertentu.
Besarnya SHU dinyatakan dalam rupiah.
d.
Rapat koperasi,
merupakan seberapa banyak rapat yang diikuti oleh anggota koperasi dalam rangka
menyampaikan aspirasi, kritik, saran untuk perkembangan koperasi. Variabel ini
dinyatakan dalam angka (seberapa kali anggota berpartisipasi di rapat koperasi
dalam satu tahun.
e.
Tingkat pendidikan,
merupakan lamanya pendidikan formal yang pernah dijalani oleh pengrajin
gula kelapa kristal, dinyatakan dalam tahun.
f.
Jumlah tanggungan
keluarga, jumlah anggota keluarga pengrajin yang menjadi tanggungan
pengrajin, dinyatakan dalam orang.
g.
Jarak rumah dengan
koperasi, adalah seberapa jauh jarak rumah anggota koperasi dengan kantor
koperasi. Variabel ini dinyatakan dalam kilometer.
F.
Analisis
Data
Penelitian ini menggunakan metode analisi deskriptif dengan bantuan alat pengukuran Likerts dan analisis regresi. Menurut Suryabrata (2004), tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
1. Uji Validitas
Uji
validitas adalah suatau ukuran yang menunjukan serta
menggambarkan kecermatan dan ketepatan suatu instrument pertanyaan melaksanakan
fungsinya. Suatu instrument dikatakan valid bila dapat mengukur sesuai yang
diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat
dari variabel
yang diteliti (Simamora, 2004). Suatu
tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.
Sebaliknya, suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan dikatakan sebagai tes memiliki validitas rendah. Suatu tes yang validitasnya tinggi, selain
dapat menjalankan ukurannya dengan tepat juga memiliki kecermatan tinggi.
2. Uji Reliabilitas
Uji
reliabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang reliable adalah kuisioner yang
apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan
menghasilkan data yang sama (Simamora, 2004).
Ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil relatif yang sama,
jika aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah.
3. Metode Likert’s Summated Rating
(LSR)
Metode ini digunakan untuk mengukur
tingkat partisipasi anggota koperasi dengan menyatakan seberapa tinggi tingkat
parsisipasi baik partisipasi kontributif maupun partisipasi insentif. Kategori penilaian
tingkat partisipasi
yaitu sangat tinggi (ST), Tinggi (T), sedang (S), rendah (R), sangat rendah (SR). Penentuan tingkat
partisipasi dapat
dilihat dari rata-rata jumlah skor pada seluruh indikator yang dicapai sebagai
berikut :
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi
berganda digunakan untuk meramalkan nilai variabel terikat (dependent variabel) dengan beberapa
variabel bebas (independent variabel).
Regresi ini digunakan apabila semua nilai variabel bebas diketahui. Fungsi
persamaan yang digunakan adalah (Supranto, 2009).
Keterangan:
Y = Partisipasi
anggota koperasi
X1 = Simpanan pokok
(Rp)
X2 = Simpanan wajib
(Rp)
X3 = SHU (Rp)
X4 = Rapat
koperasi (kali
pertemuan)
X5 = Tingkat
pendidikan (th)
X6 = Julah
tanggungan keluarga (Rp)
X7 = Jarak
rumah dengan koperasi
(m)
e = Error
5. Uji Statistik R2
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan
variasi variable terikat. Nilai R2 adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil
(nol) berarti kemampuan satu variable
dalam menjelaskan variable dependen amat terbatas. Nilai satu berarti variable-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variable dependen. Selanjutnya untuk mengukur berapa besar
kontribusi variabel bebas terhadap variasi variabel terikat mengunakan koefisien determinasi. Sumodiningrat
(2002) menjelaskan bahwa
untuk mencari besarnya nilai koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian direncanakan dilaksanakan selama kurang
lebih lima bulan. Kegiatan awal hingga kegiatan terakhir selama proses penelitian
tersebut tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal
Pelaksanaan Penelitian
No
|
Rencana kegiatan
|
Bulan
ke-
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||
1
|
Persiapan
penelitian
|
***
|
||||
2
|
Pengurusan
ijin penelitian
|
***
|
||||
3
|
Pembuatan
Usul Penelitian
|
***
|
||||
4
|
Pengumpulan
data
|
***
|
||||
5
|
Tabulasi data
|
***
|
***
|
|||
6
|
Analisis data
|
***
|
***
|
|||
7
|
Penyusunan
hasil penelitian
|
***
|
***
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Priyono
2013. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Melalui Penguatan
Agroindustri Di Kabupaten Banyumas. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman: Purwokerto
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiayanti. 2003.
Dinamika Koperasi cetakan keempat. Jakarta : PT. Bina
Adiaksara dan PT. Rineka Cipta.
Baswir, Revrisond.
(2010). Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Hendar. (2010). Manajemen
Perusahaan Koperasi. Jakarta: Erlangga.
Ketaren N. 2007.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Koperasi Credit Union dalam pemberdayaan masyarakat (studi kasus:
Koperasi Credit Union Partisipasi Sukamakmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang). Jurnal Harmoni Sosial Volume 1(3): 138 – 146.
Kusumo, A. 2005.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Pembuatan Gula Semut Di
Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Mustaufik dan P.
Haryanti. 2006. Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal yang Dibuat dari Bahan Baku
Nira dan Gula Kelapa Cetak. Laporan Penelitian. Peneliti Muda Dikti
Jakarta. Purwokerto: Jurusan Teknologi
Pertanian Unsoed. (tidak dipublikasikan).
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Pragita, T.E.
2010. Evaluasi Keragaman dan
Penyimpangan Mutu Gula Kelapa Kristal (Gula Semut) Di Kawasan Home Industri
Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak
dipublikasikan).
Santoso, H. B. 2003. Teknologi Tepat Guna Pembuatan Gula Kelapa.
Yogyakarta: Kanisius.
Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sumodiningrat, G. 2001. Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi. Jakarta: Per Pod.
Supranto, J. 2009. Statistik Teori
Dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Suryabrata,
S. 2004. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Simamora, H. 2004.
Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi
Ketiga.
Jakarta: STIE
YKPN
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 1