LAPORAN PKL DI CV. PENDAWA KENCANA MULTY FARM KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERTANIAN TERPADU
PADA CV. PENDAWA KENCANA MULTY FARM KECAMATAN
CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh:
Arifin Budi Purnomo
NIM A1C012025
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan
sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
nasional. Sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik
Bruto yang mencapai 14,44% dari total PDB Indonesia pada tahun 2012 menjadikan pembangunan pertanian di Indonesia dianggap
penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari
pentingnya pembangunan pertanian di Indonesia antara lain potensi sumber daya
alam yang besar dan beragam, pangsa pendapatan nasional yang cukup besar,
kebanyakan penduduk Indonesia menggantungkan hidup dengan bekerja di dalam
sektor pertanian, berperan dalam penyediaan pangan masyarakat, serta menjadi
basis pertumbuhan di pedesaan.
Kontribusi sektor pertanian terhadap sektor
perekonomian Indonesia dapat dilihat dengan tetap bertahannya sektor ini pada
goncangan krisis ekonomi tahun 1998 silam. Sektor pertanian menjadi tumpuan
dalam pemulihan krisis ekonomi Indonesia sampai pada saat ini. Kondisi di saat
semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif karena krisis ekonomi,
seperti pertambangan (-3,08 %), industri pengolahan (-11,88 %), perdagangan
(-18,05 %), pengangkutan dan komunikasi (-15,13 %), perbankan (-26,63 %), sektor
pertanian tetap tumbuh secara positif meskipun hanya sebesar 0,92 % (Syam,
2000).
Kondisi lain menyebutkan
bahwa perjalanan pembangunan pertanian Indonesia saat ini masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional melalui
pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dituntut untuk
memecahkan masalah yang ada, akan tetapi juga dihadapkan pada tantangan untuk
menghadapi perubahan tatanan masyarakat petani di Indonesia yang mengarah pada
era demokratisasi. Era ini menuntut adanya pembangunan dengan otonomi daerah melalui
pemberdayaan
petani (Badan Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia, 2013).
Sejalan dengan
misi program revitalisasi pertanian, bangsa Indonesia sebenarnya memerlukan
upaya pembangunan pertanian berkelanjutan melalui program pemberdayaan
masyarakat. Dalam mewujudkan upaya tersebut, pembangunan pertanian menuntut
sistem usaha tani yang efektif serta efisien. Sistem pertanian secara efektif
dan efisien yang dimaksud adalah usaha tani yang mencangkup aspek penggunaan
lahan, tenaga kerja, modal, faktor produksi lainnya.
Pembangunan
sektor pertanian tidak dapat lagi dilakukan dengan cara-cara lama atau
konvensional, akan tetapi harus diubah sejalan dengan makin besarnya perubahan
lingkungan strategis, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Krisnamurthi
(2006) mengatakan bahwa pertanian abad ke 21 bagi negara-negara yang sedang berkembang
harus mampu menciptakan sistem pertanian yang memiliki produktivitas tinggi
tetapi dengan low cost input. Sistem pertanian yang yang mendukung
pembangunan
pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan wilayah akan meningkatan
investasi dibidang usaha pertanian yang serasi dengan keadaan sosial ekonomi
daerah, kesesuaian lahan serta potensi pasar. Tujuan - tujuan tersebut haruslah
tetap sejalan dan seimbang dalam realisasinya yakni peningkatan produksi demi
peningkatan kesejahteraan petani dan pelestarian lingkungan atau yang disebut
dengan adanya pertanian terpadu. Namun yang menjadi tantangan dalam penerapan
pertanian terpadu adalah bagaimana menemukan kombinasi tanaman, hewan dan input
yang mengarah pada produktivitas tinggi, keamanan produksi serta konservasi
sumber daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan
modal (Tiharso, 1992).
Dari berbagai permasalahan diatas,
penulis terdorong untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan di CV. Pendawa Kencana
Multy Farm guna mengkaji progam pemberdayaan masyarakat khsusunya mengenai
penerapan pertanian terpadu yang melibatkan berbagai komponen pertanian
komplek. Adanya Praktik Kerja Lapangan mengenai pemberdayaan pertanian terpadu tersebut
akan diperoleh lebih banyak pengetahuan tentang pembangunan pertanian melalui
program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat petani yang tercapai akan
berkontribusi pada pembangunan pertanian, pembangunan ekonomi, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
B.
Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Praktik Kerja Lapangan
Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini
adalah sebgai berikut:
a. Mengetahui
secara langsung kondisi organisasi CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh
Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Mempelajari
dan mengikuti kegiatan pertanian di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh
Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Mempelajari
dan mengikuti secara langsung program pemberdayaan masyarakat khususnya
pemberdayaan pertanian terpadu pada CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh
Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Sasaran
Praktik Kerja Lapangan
Sasaran
Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
a.
Sasaran dari Praktik Kerja Lapangan ini
adalah semua kegiatan pertanian serta program pemberdayaan masyarakat pertanian
terpadu CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh Harjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b.
Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh Harjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C.
Manfaat
Manfaat dari
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini antara lain:
1. Sebagai
bentuk aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dari dunia perkuliahan dalam
program pemberdayaan masyarakat.
2. Meningkatkan
bekal pengetahuan dalam hal pemberdayaan pertanian khususnya pertanian terpadu di
daerah pedesaan.
3. Meningkatkan
pengalaman mengenai bagaimana melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat petani
dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian pedesaan yang berkelanjutan.
4. Laporan
hasil Praktik Kerja Lapangan dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam penulisan ilmiah, penelitian dan
program pemberdayaan masyarakat.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pertanian
Terpadu
Pertanian terpadu
merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan
suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling
menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian
yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan
bahan-bahan limbah organik. Dalam artian pertanian terpadu pengupayakan
pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan
dan ikan dalam suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan, sistem
pertanian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan
ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang optimal dan
sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar (Preston, 2000).
Pada dasarnya alam
diciptakan dalam keadaan seimbang, sehingga alam mempunyai cara tersendiri
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan dan manusia sebagai bagian dari
unsur alam memiliki tugas untuk mengelola sumber daya alam dan lingkungan
dengan baik dan proporsional. Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting
dalam menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan
limbah organik perlu untuk menciptakan keseibangan siklus energi (terutama
unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi tanah dan
air.
Pola pertanian terpadu merupakan kombinasi antara
pola pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern di bidang pertanian
yang berkembang terus. Pada pelaksanaan pertanian terpadu lebih banyak
memanfaatkan potensi lahan yang ada dengan memperhatikan dampak terhadap
lingkungan sekitar serta dengan pengelolaan manajemen modern yang dikelola
secara profesional dan terpadu.
Tujuan dari sistem pertanian terpadu antara lain
yaitu, memasyarakatkan sistem pertanian terpadu sebagai pertanian yang lestari
dimana lokasi tanah diperhatikan dan ditingkatkan untuk menjamin kelangsungan
siklus yang berkesinambungan. Membentuk masyarakat tani yang mandiri dan peduli
lingkungan dan sadar akan jati dirinya sebagai penjaga alam. Meningkatkan taraf
hidup kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata dengan pola pikir maju dan
pola hidup sederhana. Membentuk suatu ikatan kerjasama dalam bentuk pertanian
inti rakyat serta membangun kerjasama yang sejajar dalam memenuhi kebutuhan
sektor pertanian. Memenuhi kebutuhan pasar akan makanan yang sehat dan bebas
polusi guna meningkatkan kualitas dalam persaingan.
Pertanian terpadu merupakan suatu sistem
berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri serta menganut prinsip segala
sesuatu yang dihasilkan akan kembali ke alam. Ini berarti limbah yang dihasilkan
akan dimanfaatkan kembali menjadi sumber daya yang dapat menghasilkan (Muslim,
2006). Sistem ini akan signifikan dampak positifnya dan memenuhi kriteria
pembangunan pertanian berkelanjutan bila dikembangkan atau diarahkan berbasis potensi
lokal (sumber daya lokal). Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan
seminimal mungkin input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak
negatif sebagaimana disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat dihindari dan
berkelanjutan (Supangkat, 2009).
Prinsip keterpaduan dalam sistem pertanian terpadu
(SPT) yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Agroekosistem
yang berkeanekaragaman tinggi yang memberi jaminan yang lebih tinggi bagi
petani secara berkelanjutan;
2. Diperlukan
keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan mengkombinasikan spesies
tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi sinergetik dan positif, dan bukan hanya kestabilan yang dapat
diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih
rendah;
3. Dalam
menerapkan pertanian berkelanjutan diperlukan dukungan sumber daya manusia,
pengetahuan dan teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen, serta
masalah keseimbangan misi pertanian dalam pembangunan;
4. Pemanfaatan
keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal yang menghasilkan
sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumber daya dan
input yang ada secara optimal;
5. Menentukan
kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada produktivitas yang
tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai
dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal. Model umum SPT yang dimaksud
di atas, sebagaimana yang digambarkan oleh Preston (2000) seperti terlihat pada
Gambar 1
Gambar
1. Model Umum SPT (Preston, 2000)
B. Petani
dan Kondisi Petani Indonesia
Hermanto (1981), memberikan
pengertian tentang petani yang mengatakan bahwa petani adalah setiap orang yang
melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya
dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian,
peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut.
Sementara Wolf (1986), mengemukakan
bahwa petani sebagai orang desa yang bercocok tanam, artinya mereka bercocok
tanam di daerah pedesaan, tidak dalam ruangan tertutup di tengah kota. Petani
tidak melakukan usaha tani dalam arti ekonomi, ia mengelolah sebuah rumah
tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis, namun demikian dikatakan pula bahwa
petani merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas dan besar. perusahaan
bisnis, namun demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan bagian dari
masyarakat yang lebih luas dan besar.
Mosher (1991) membagi pertanian
dalam dua golongan, yaitu pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian
primitif diartikan sebagai petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang
berasal dari orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan adanya inovasi.
Mereka yang mengharapkan bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan
pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif
mencari metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam
bidang pertanian. Petani macam inilah yang dapat berkembang dalam rangka
menunjang ekonomi baik dibidang pertanian.
Petani atau peasant merupakan rakyat pedesaan yang hidup dari pertanian dengan
teknologi lama, tetapi merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang
lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab
dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan
pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan
dengan teknologi yang sederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidak
berspesialisasi (Koentrjaraningrat, 1987).
Kondisi
petani di Indonesia sendiri ditinjau dari segi pendidikan nampaknya masih jauh
dari kualitas yang seharusnya dimiliki oleh petani untuk menghadapi persaingan
dan tantangan di massa modern. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010
menyebutkan bahwa dari total 39.035.692 orang pelaku utama pembangunan
pertanian (petani), 15.023.269 orang (38,49%) berlatar belakang pendidikan
tamat SD; 10.358.754 orang (26,54%) tidak/belum tamat SD; 6.330.800 orang
(16,22%) tamat SLTP; 332.106 orang (8,54%) tamat SLTA; dan 223.809 orang
(0,57%) tamat Perguruan Tinggi (diploma dan sarjana). Selain itu masih tercatat
sebanyak 3.766.954 orang (9,65%) tidak atau belum pernah sekolah. Kondisi ini
menunjukkan bahwa dari segi pendidikan, kualitas pelaku utama pembangunan
pertanian masih rendah, sehingga diperlukan upaya peningkatan kualitas
pendidikan. Sebaran pelaku utama pembangunan pertanian berdasarkan latar
belakang pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar
2. Sebaran Pendidikan Pelaku Pembangunan Pertanian (BPS, 2010)
C. Pemberdayaan
Masyarakat Tani
Beberapa
ahli mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari aspek tujuan, proses, dan cara-cara
pemberdayaan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan
bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
beruntung.
2. Menurut
Parson dalam Sumodiningrat (2009) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana
orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas
dan mempengaruhi terhadap kejadiaan-kejadiaan serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya.
3. Pemberdayaan
menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur
sosial (Swift dan Levin dalam Sumodiningrat, 2009)
Pasal 1 Undang - undang No. 19 tahun
2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani menyebutkan bahwa sebuah
pemberdayaan khususnya pemberdayaan petani disefinisikan sebagai segala upaya
untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani yang lebih
baik. Peningkatan tersebut dapat melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan
dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Pertanian,
konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan Kelembagaan Petani. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia
ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi
dan meraih hasil pembangunan. Dengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan
kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi.
Upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat
untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan
perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek atau
sektor-sektor kehidupan manusia, dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan
kesejahteraan dari materiil hingga non materiil, dimensi waktu dan kualitas
yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan
kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari
seluruh strata masyarakat. Karsidi (2008) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu
menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya,
melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri
mereka.
Pemberdayaan
masyarakar erat kaitannya dengan masyarakat tani atau disebut dengan kelompok
tani. Kelompok tani sebagai bagian integral pembangunan pertanian memiliki peran
dan fungsi penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian di pedesaan.
Kelompok tani pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di
pedesaan. Dalam hal ini keberadaan kelompok tani dapat memainkan peran tunggal
atau ganda, seperti penyediaan input usaha tani (misalnya pupuk), penyediaan
modal (misalnya simpan pinjam), penyediaan air irigasi (kerjasama dengan P3A),
penyediaan informasi (penyuluhan melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil
secara kolektif (Hermanto dan Dewa, 2011).
III.
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan
1. Tempat
Praktik Kerja Lapangan
Praktik
Kerja Lapangan ini dilaksanakan di CV. Pendawa Kencana Multy Farm, yang teletak
di Desa Kepuh Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Waktu
Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan akan
dilaksanakan selama 25 hari kerja, yaitu dimulai dari bulan Januari sampai
bulan Februari 2015.
B. Materi
Praktik Kerja Lapangan
Materi
yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah mengenai kondisi umum organisasi
kegiatan serta kegiatan pemberdayaan masyarakat pertanian terpadu yang dilaksanakan
di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh Harjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Metode
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
1. Metode
Pelaksanaan
Metode pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan ini adalah dengan observasi partisipatif. Merupakan suatu
metode pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan dengan mengikuti berbagai kegiatan secara aktif
khususnya kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat pertanian
terpadu di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh Harjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Metode
Pengambilan Data
Metode pengambilan data
yang dilakukan dalam Praktik
Kerja Lapangan ini adalah:
a.
Pengambilan data primer yaitu data
diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung baik dengan pengurus
maupun karyawan serta kondisi di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh
Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wawancara,
dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan dan topik yang
terkait dengan pemberdayaan masyarakat petani dengan cara mengajukan pertanyaan
langsung kepada pihak-pihak yang terkait.
b.
Mencari informasi data sekunder yaitu
data diperoleh dari catatan-catatan dan dokumen perusahaan atau literatur yang
berkaitan dengan aspek pemberdayaan masyarakat pertanian terpadu pada pengurus
maupun karyawan di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Desa Kepuh Harjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan
Umun Perusahaan
1.
Sejarah Berdirinya Perusahaan
CV. Pendawa Kencana
Multy Farm (PKMF) pada awalnya merupakan Balai Penelitian yang didirikan pada
tahun 1999 oleh seorang Guru Besar Universitas Gadjah Mada yaitu Ir. KRM. H.
Gembong Danudiningrat. Selain sebagai pendiri dan pemilik perusahaan Ir. KRM.
H. Gembong Danudiningrat juga berprofesi sebagai pengembang dan peneliti
agrobisnis, konsultas kewirausahaan, dosen, herbalist, pakar metafisika, dan
masih banyak profesi yang dijalani. Pada awal berdiri CV. PKMF berbasis di
Cangkringan Sleman Yogyakarta dimana pada masa itu (sebelum letusan Gunung
Merapi) sudah berkembang dengan pesatnya, sehingga banyak pejabat dan pemerhati
lingkungan yang datang, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan studi
banding, diklat, kunjungan dan penelitian. Kemudian, setelah terjadi letusan
Gunung Merapi, CV. PKMF kembali bangkit dan berkembang lebih pesat dan semakin
banyak masyarakat yang mengetahui sehingga mereka ikut andil dan menerapkan
ilmu yang didapat dari pelatihan-pelatihan di CV. PKMF.
Bidang Pertanian,
Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Pelatihan merupakan bagian integral yang
dilakukan oleh CV. PKMF dalam turut andil dalam usaha menyejahterakan kehidupan
bersama. Usaha perternakan yang dilakukan berintegrasi dengan usaha pertanian
dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya setempat secara optimal merupakan alasan
utama dari berdirinya perusahaan ini sehingga menjadikan sebuah kegiatan
pertanian yang terpadu dari berbagai sistem pertanian secara luas (Integrated
Farming).
Tanaman, hewan atau ternak dan manusia merupakan satu lingkaran yang
saling ketergantungan secara positif satu sama lain. Tanaman digunakan sebagai
bahan pangan untuk manusia dan bahan pakan untuk ternak. Ternak digunakan juga
sebagai bahan pangan bagi manusia. Kemudian manusia, tanaman maupun ternak akan
memberikan hasil samping organik. Pupuk organik (kompos) akan digunakan oleh
tanah untuk menghasilkan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Selain itu, perusahaan ini juga merupakan wadah untuk bersosialisasi dengan
masyarakat dalam pengembangan berbagai bidang pertanian, yaitu Sistem Pertanian
Organik, Peternakan Terpadu, Perikanan dan Perkebunan. Hal ini sesuai dengan
mayoritas penduduk sekitar yang pada umumnya merupakan petani dan peternak.
Berikut adalah usaha yang dijalankan CV. PKMF Yogyakarta:
a. Pelatihan
Agribisnis yang maliputi peternakan, pertanian, perikanan, perkebunan yang
disertai pengolahan hasil-hasilnya dan
manajemen wirausaha.
b. Peternakan
Sapi Perah, Kambing Domba, Ayam, dan lain sebagainya.
c. Pertanian
organik: sawah, hortikultura, buah, dan sayur.
d. Perikanan
darat dengan berbagai varietas ikan.
e. Bioteknologi
GB#1 (probiotik, pupuk organik padat dan cair, Zat Perangsang Tumbuh, dll).
2.
Lokasi dan Keadaan Geografis Perusahaan
CV. PKMF terletak di
Dusun Pager Jurang Desa Kepuh Harjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Cangkringan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Cangkringan berada di sebelah
Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat
Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 25 Km. Lokasi Ibukota Kecamatan
Cangkringan berada di 7.664060 LS dan 110.461430 BT.
Kecamatan Cangkringan mempunyai luas wilayah 4.799 Ha. Sedangkan alamat Kantor
Kecamatan Cangkringan di Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman.
Kecamatan Cangkringan
berada di dataran tinggi, yakni di kaki gunung Merapi sebelah selatan.
Kecamatan Cangkringan berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Kemudian
memiliki iklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan
cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan
Cangkringan adalah 320 C dengan suhu terendah 180 C.
Bentangan wilayah di Kecamatan Cangkringan berupa tanah yang berombak dan
perbukitan. Berikut adalah letak CV. PKMF dilihat dari perbatasannya.
a. Sebelah
Utara : Gunung Merapi
b. Sebelah
Selatan : Desa Kalasan
c. Sebelah
Barat : Desa Pakem
d. Sebelah
Timur : Sungai Gendol
3. Visi
dan Misi Perusahaan
Setiap
perusahaan umumnya memiliki visi dan misi dalam merencanakan dan menjalankan
kegiatan usahanya. Hal ini bertujuan agar seluruh kegiatan yang ada dalam
perusahaan dapat terealisasikan dengan tepat dan cepat. Sehingga hasil akhir
yang diperoleh akan sesuai dengan harapan. Berikut adalah visi dan misi CV.
PKMF Yogyakarta:
a. Terciptanya
pertanian organik yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.
b. Optimalisasi
pengaplikasian teknologi pertanian dan peternakan ke dalam praktik kehidupan
sehari-hari.
c. Pemanfaatan
bakteri probiotik dalam pertanian dan peternakan.
d. CV.
PKMF bekerja sama dengan pemuka masyarakat, LSM, Pemerhati Lingkungan, dan
Kalangan Pemerintah untuk mengembangkan berbagai strategi khususnya bidang
pertanian.
4. Struktur
Organisasi Perusahaan
CV.
PKMF merupakan sebuah perusahaan yang memiliki badan hukum perushaan yang
berbentuk Persekutuan Comanditer (CV). Pada waktu sebelumnya struktur
organisasi CV. PKMF memiliki kedudukan yang masih bergabung dengan perusahaan
pemasar dan konsultan di bidang pertanian atau sering disebut bersifat holding. Namun semenjak memisahkan diri
dari perusahaan holding CV. PKMF telah memiliki struktur organisasi yang
mandiri. Struktur organisasi tersebut ditampilkan dalam bagan 1 berikut.
Bagan 1. Struktur Organisasi CV. PKMF
Dari
struktur organisasi diatas, masing-masing jabatan memiliki tugas dan fungsi
sendiri untuk menjalankan peranannya pada CV. PKMF. Berikut adalah tugas dan
fungsi masing-masing jabatan yang ada di CV. PKMF :
a. Direktur
Utama CV. PKMF adalah sang pendiri dimana memiliki fungsi yang bertanggung
jawab memberikan petunjuk dan arahan untuk mencapai visi dan misi perusahaan
dengan wewenang sepenuhnya.
b. Direktur
adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang ada di dalam
maupun di luar perusahaan. Posisi ini memiliki wewenang untuk mengatur kegiatan
yang akan ditempuh perusahaan, tetapi setiap kegiatan harus disetujui oleh
pemilik.
c. Staf
Ahli menjalankan peran dan fungsi sebagai penasehat sehingga dituntut memiliki
kemampuan, keterampilan dan kompetensi menganalisis berbagai isu strategis.
d. Divisi
Umum bertugas memberikan pelayanan kepada seluruh pegawai dan memenuhi
kebutuhannya selama jam kerja.
e. Divisi
Research and Development bertugas
dalam peningkatan kemampuan, wawasan, pengembangan IPTEK dan menampung
kreatifitas yang berdasarkan pola pikir ilmiah.
f. Divisi
Agribisnis bertugas mengelola dan menjalankan kegiatan usaha yang dilakukan
oleh perusahaan.
g. Divisi
Keuangan bertugas menyiapkan dan mengoordinasi penyusunan dan pengendalian
anggaran. Kemudian melakukan
perencanaan, pengelolaan pendapatan dan belanja. Selain itu, divisi Keuangan
juga bertugas melakukan pengelolaan terhadap kas perusahaan.
B.
Pertanian Terpadu
di CV. Pendawa Kencana Multy Farm
Pertanian
terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan
dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang optimal (Preston,
2000). Silvitria (2010) menyebutkan bahwa konsep pertanian terpadu akan
menghasilkan F4 yang sebenarnya adalah langkah pengamanan terhadap ketahanan
dan ketersediaan akan kebutuhan pangan dan energi. Konsep F4 dalam pertanian
terpadu yang dimaksud adalah menghasilkan Food,
Feed, Fuel, and Fertilizer.
Kegiatan pertanian terpadu di CV. PKMF Yogyakarta dalam menghasilkan usahanya
dapat dilihat dalam denah 1.
Gambar 3. Denah Pertanian Terpadu CV. PKMF
Yogyakarta
1.
Food
Konsep
F4 dalam pertanian terpadu yang pertama adalah Food. Pada CV. PKMF telah menerapkan konsep ini dimana terdiri dari
produksi beberapa komoditas pangan manusia. Komoditas pangan yang dimaksud
terdiri dari produk pertanian, peternakan, perikanan dan hasil perkebunan.
Produk pangan di CV. Pendawa Kencana terdiri:
a.
Sayuran dan
Pangan Organik
Produksi
sayuran dan bahan pangan pada CV. PKMF telah lama dilakukan semenjak perusahaan
berdiri. Sejalan dengan salah satu misi perusahaan dimana bertujuan untuk
menyebarkan konsep pertanian terpadu dengan konsep organik. Beberapa langkah
telah dilakukan dalam memproduksi sayur maupun bahan pangan organik adalah
dengan melalui pemberdayaan masyarakat, petani binaan maupun petani kemitraan.
Varietas
yang digunakan adalah varietas unggul yang mayoritas merupakan hasil penelitian
perusahaan sendiri. Beberapa produk hasil penelitian varietas sayuran dan bahan
pangan unggul CV. PKMF meliputi: varietas padi organik, kacang panjang super,
varietas jagung manis (warna unggu, hijau, merah dan kuning), buncis ungu, cabai
setan (super pedas), cabai manis, bayam, tomat, terong viagra (terong super)
dan lain sebagainya
b.
Buah-buahan
Pertanian
terpadu di CV. PKMF selain memproduksi sayur dan bahan pangan, ternyata juga
memproduksi produk buah-buahan. Buah yang diproduksi adalah varietas buah hasil
penelitian dan pengambangan perusahaan. Diantaranya masih berupa bibit
buah-buahan hasil persilangan, maupun bioteknologi serta perkebunan buah
sebagai bentuk realisasi produksi. Bibit buah yang diproduksi antara lain buah
jeruk (mame, dan nipis jumbo), jambu (kristal, pir, biji merah), durian
montong, kelengkeng rasa durian, surikaya jumbo, alpukat, pepaya, dan masih
banyak lainya. Bibit-bibit ini dijual berdasarkan pesanan, serta saat-saat even
pameran dan pelatihan.
Selain
produksi bibit buah-buahan, CV. PKMF juga memiliki kebun produksi buah
komersial seperti pepaya kalifornia, jeruk mame, serta jambu pir (jambu biji
tanpa biji). Kebun ini terletak di Purwokerto dan untuk setiap kali musim panen
hasilnya akan dipasarkan di wilayah sekitarnya hingga ke Jakarta.
c.
Umbi dan Empon
Hasil
produksi pertanian terpadu di CV. PKMF selain sayur, dan buah juga terdapat
beberapa umbi-umbian maupun empon. Hasil penelitian CV. Pendawa Kencana Muly
Farm diantara lain ketela pohon (singkong super). Singkong ini memiliki
keunggulan ukurannya yang sangat besar dibanding dengan singkong pada umumnya.
Selain ukuran, metode penanaman yang digunakan adalah metode rumah susun dengan
membuat beberapa lubang pada batang. Metode ini merupakan salah satu penemuan
yang juga telah dipatenkan oleh CV. PKMF.
Selain
singkong beberapa umbi lain yang juga diproduksi bibitnya adalah talas satoimo,
serta talas taiwan. Talas ini memiliki keunggulan diantaranya hasil panen umbi
yang jauh lebih banyak serta kandungan gizi yang komplek. Pada umumnya produksi
bibit talas ini didasarkan pada pesanan petani binaan maupun partner bisnis.
Sereh
dan gingseng adalah produk empon yang bibitnya diproduksi di CV. PKMF. Dua
komoditas ini seringkali memiliki pasar yang bagus karena sering mendapat
banyak pesanan bibitnya. Gingseng yang diproduksi adalah gingseng dari Korea
serta varietas gingseng hasil pengembangan sendiri. Varietas gingseng yang
dikembangkan adalah gingseng yang masa tumbuhnya cocok dengan kondis iklim
serta cuaca di Indonesia. Dengan adanya pengembangan ini, harapan suatu saat
Indonesia juga dapat memproduksi gingseng seperti negara korea yang secara
ekonomis termasuk komoditas yang menguntungkan.
d.
Peternakan
Konsep
pertanian terpadu menghasilkan bahan pangan dari sektor peternakan. Beberapa
komoditas peternakan yang diproduksi di CV. PKMF adalah ayam kamper (kampung
super), sapi perah, sapi pedaging, kambing etawa dan pedaging. Komoditas
unggulan CV. PKMF di sektor peternakan adalah ayam kamper. Ayam ini merupakan
hasil persilangan yang dilakukan oleh tim research
perusahaan. Penemuan ayam kamper sekitar tahun 2003 dan sudah memiliki hak
paten penemuan. Sampai sekarang selain memproduksi daging melalui peternak
binaan, CV. PKMF juga memproduksi bibit ayam Day Old Child (DOC) yang pasarnya sudah menyebar luas dibeberapa
daerah di Jawa Tengah termasuk Kota Purwokerto.
e.
Perikanan
Bidang
perikanan khsususnya perikanan air tawar yang dihasilkan di CV. PKMF terdiri
dari komoditas lele, udang galah dan nilakap (persilangan nila dengan kakap).
Lele yang diproduksi maupun dipijah berbeda dengan lele biaya. Lele hasil
penelitian CV. PKMF merupakan persilangan antara lele Sangkuriang dengan lele
Afrika Lemosin. Keunggulan lele ini adalah dagingnya yang empuk dan umur panen
yang singkat yakni hanya membutuhkan waktu 45 hari untuk ukuran konsumsi rumah
tangga. Selain lele, udang galah juga menjadi komoditas penting dalam produksi
sektor perikanan air tawar. Pemeliharaan dan pembesaran udang galah dilakukan
dengan melibatkan petani udang mitra yang telah bekerjasama. Untuk komoditas
nilakap merupakan komoditas yang masih dikembangan oleh tim research CV. PKMF. Harapanya komoditas
ini mampu menjadi idola baru bagi konsumen ikan kakap namun dengan harga ikan
nilai yang relatif terjangkau.
f.
Hasil Perkebunan
Salah
satu komoditas perkebunan yang ada di CV. PKMF adalah sawit. Sawit yang
diproduksi adalah sawit hasil penelitian tim research perusahaan. Produksi yang dihasilkan belum begitu besar
sepertihalnya perkebunan-perkebunan sawit. Hanya terdapat beberapa pohon di
luasan tanah sempit yang terletak di komplek perusahaan. Kebun kecil sawit ini
merupakan kebun penelitian untuk mengetahui hasil dari produksi sawit penemuan
CV. PKMF.
2.
Feed
Pertanian terpadu di CV. PKMF dalam
kegiatan usahanya juga menerapkan konsep F4 yang kedua yakni Feed. Feed yang dimaksud adalah pakan
maupun bahan pakan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Beberapa contohnya
adalah pakan ternak termasuk ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau), ternak
unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll.), pakan ikan air tawar (ikan
hias dan ikan konsumsi). Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk
utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua
produk sampingan apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan nilai
ekonomis yang layak kelola. Jerami dan malai kosong (kawul) dapat disimpan
sebagai hay (bahan pakan kering) untuk ternak
ruminansia atau dibuat silage (makanan hijau hasil fermentasi), sedangkan
bekatul sebagai bahan pencampur pakan ternak (ruminansia, unggas dan ikan).
Pakan ternak ini berupa pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla, dan eceng gondok.
- Fermentasi Pakan Ternak
Fermentasi pakan ternak khususnya
ternak ruminansia menjadi hal yang sangat penting dan wajib di CV. PKMF.
Perusahaan mempunya misi bahwa dalam pertanian perlu menerapkan konsep
bioteknologi dalam setiap kegiatannya. Sejauh ini CV. PKMF telah memiliki produk
unggulan di bidang bioteknologi khususnya probiotik alami untuk pertanian,
peternakan dan perikanan. Untuk proses fermentasi pakan ternak ruminansia CV. PKMF
menggunakan produknya sendiri yang bernama Profeed. Profeed merupakan probiotik
starter yang digunakan untuk proses fermentasi khususnya pakan-pakan ternak.
Dengan adanya probiotik ini pakan ternak akan meningkatkan kandungan protein
pakan serta memudahkan proses penghancuran selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Dengan demikian ternak tidak membutuhkan banyak tenaga untuk proses pencernaan
serta kandungan serat dalam pakan dapat terserap secara optimal. Dampak lain
manakala kandungan serat terserap optimal adalah kotoran ternak yang tidak bau
serta sangat bagus diproses kembali menjadi pupuk kompos organik.
- Pembuatan Pelet
Selain fermentasi pakan ruminansia,
CV. PKMF juga melakukan fermentasi dalam pembuatan pelet ikan tawar. Pembuatan
pelet ikan air tawar ini menggunakan bahan-bahan sederhana sepeti gaplek dan
bekatul sebagai bahan utamanya. Bahan-bahan tersebut karena kandungan protein
yang sedikit maka diperlukan proses fermentasi untuk mengingkatkan kadar
protein yang dibutuhkan oleh ikan. Fermentasi peningkatan kadar protein
menggunakan produk yang diproduksi sendiri oleh CV. PKMF yang bernama Pro Proteina.
Produk ini mampu meningkatkan kadar protein pada bahan pakan pembuat pembuatan
pelet sepeti gaplek dan bekatul yang semula hanya memiliki kadar protein
sebesar 1-2% ditingkatkan menjadi 24-28%. Dengan adanya peningkatan kadar
protein ini, pelet yang dibuat setara dengan pelet yang dijual di pasaran serta
biaya produksi budidaya ikan tawar lebih bisa ditekan.
3.
Fuel
Fuel
pada
konsep F4 dalam pertanian terpadu adalah dihasilkannya energi dalam berbagai
bentuk mulai energi panas berupa biogas maupun bioetanol hingga briket. Sejauh
ini CV. PKMF telah mengbangkan energi terbarukan dan energi alternatif dalam
kegiatan usahanya. Sebagian dari limbah kotoran sapi dan ayam dilakukan proses
fermentasi dan pengeringan untuk pembuatan briket. Briket inilah yang dapat
digunakan untuk memebuhi kebutuhan energi rumah tangga seperti keperluan kompor
memasak. Namun untuk lingkup perusahaan briket yang dihasilkan belum digunakan
untuk menyalakan kompor tetapi konsep ini telah dilakukan di perusahaan partner melalui pemberdayaan PTPN XI
Surabaya. PTPN XI Surabaya telah memproduksi briket secara masal dan menjualnya
secara komersial. Dengan adanya ini perusahaan memperoleh pendapatan lain dari
pengolahan limbah menjadi keuntungan.
Selain briket, CV. PKMF juga
mengembangkan biogas dan bioetanol untuk mengolah limbah-limbah pertanian.
Instasi-instalasi biogas sudah mulai diterapkan di binaan perusahaan seperti
kelomok tani binaan, pesantren dan panti asuhan binaan CV. PKMF. Biogas yang
dihasilkan dapat digunakan untuk memenui kebutuhan energi panas yakni untuk
menyalakan kompor. Sehingga dengan adanya biogas dapat menjadi langkah
penghematan energi gas alam maupun energi listrik yang semakin menipis. Hasil
akhir dari biogas adalah bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos
yang nantinya juga dapat diproses lanjut untuk keperluan pertanian kembali.
Konsep ini akan terus berlangsung sehingga meminimalisir hilangnya output yang
dihasilkan karena penggunaan input kembali secara berulang.
4.
Fertilizer
Konsep
F4 dalam pertanian terpadu selanjutnya adalah fertilizer. Sisa produk pertanian yang dihasilkan melalui proses
dekomposer maupun pirolisis akan menghasilkan organic fertilizer dengan berbagai kandungan unsur hara dan
C-organik yang relatif tinggi. Kandungan unsur C-organik dalam organic fertilizer yang tinggi ini selain berfungsi sebagai
penyubur tanah juga sebagai perawat tanah (soil conditioner).
Dari sisi nilai ekonomis maupun karakter hasil produknya ternyata tidak kalah
dengan pupuk buatan (anorganik
fertilizer)
bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan biopestisida (dari asap cair yang
dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi) yang dapat dimanfaatkan sebagai petisida
alami dalam menghadapi serangan hama maupun penyakit.
Produk
fertilizer merupakan produk unggulan
di CV. PKMF Yogyakarta. Beberapa pupuk organik baik padat maupun cair telah
diproduksi dan dipasarkan luas hingga ke beberapa provinsi. Pupur organik ini
adalah hasil pengolahan limbah kotoran hewan khususnya kotoran ternak sapi
perah dan kotoran ayam kamper. Kotoran ini diolah melalui proses fermentasi
secara bioteknologi untuk menghilangan virus maupun bakteri yang berbahaya
untuk tumbuhan. Proses ini menggunakan probiotik Propunik yang juga merupakan
produk asli buatan CV. PKMF. Setelah tahap fermentasi selesai, pupuk dilakukan
proses penggilingan, sortasi dan pengepakan dalam kemasan 20 kg.
a.
Pupuk Kandang Organik (Compossap)
Compossap
adalah pupuk organik floor yang terbuat dari limbah peternakan yang diproses
secara biotik dengan dekompuser yang terpilih yang tidak menggunakan
bahan-bahan kimia sehingga bersahabat bagi tanah dan baik untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan tanaman. Proses pembuatannya dengan pencampuran limbah
peternakan ditambah bahan-bahan yang memperkaya nutrisi-nutrisi organik yang
dibutuhkan tanaman. Dari proses yang alami di dapat hasil yang ramah
lingkungan, sehingga nutrisi yang terkandung didalamnya juga teruji bagus.
Hasil analisa laboratorium pupuk Compossap adalah sebagai berikut:
Tabel
1. Kandungan nutrisi pada pupuk Compossap
Komponen
|
Kadar
|
Kelembaban
|
: 35-40 %
|
Total N
|
: minimal 1,81 %
|
P2O5
|
: minimal 1,89 %
|
K2O
|
: minimal 1,89 %
|
CaO
|
: minimal 2,96 %
|
MgO
|
: minimal 0,70 %
|
C/N ratio
|
: maksimal 16,00 %
|
Hasil
analisa laboratorium dan uji terap dilapangan menunjukkan bahwa Compossap
mempunyai manfaat :
a. Memperbaiki
struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur.
b.
Memperbaiki porositas tanah
c.
Memperbaiki agregat tanah
d.
Memperbiki permeabilitas tanah
e.
Kemampuan mengikat air lebih
baik
f.
Meningkatkan produktifitas
lahan
g. Mampu
mengefektifkan atau menggantikan pupuk kimia sehingga biaya pembelian pupuk
lebih efisien
h. Menyediakan
unsur hara yang seimbang dalam tanah, serta
i.
Memperbaiki derajat keasaman (ph) tanah
Penjualan
pupuk Compossap dipasarkan melalui beberapa alternatif pemasaran. Pemasaran
utama adalah dengan melalui mitra seperti toko-toko pertanian di sekitar
provinsi DIY. Selain itu CV. PKMF juga menerima pesanan skala besar dari
kelompok-kelompok tani maupun petani binaan baik yang bergerak disektor
pertanian, maupun untuk keperluan perikanan air tawar atau tambak. Pupuk
Compossap untuk kemasan 20 kg dijual dengan harga Rp. 20.000,- tiap kemasannya
atau seharga Rp. 1.000,- tiap kilogramnya. Sejauh ini perusahaan memproduksi
Compossap hanya sebatas pada pengolahan limbah dan tidaklah begitu berorientasi
pada keuntungan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaan akan Compossap
namun perusahaan tidak begitu merespon dengan meningkatkan jumlah produksi pupuk
Compossap karena minimnya tenaga kerja yang secara khusus mau memproduksi
Compossap setiap waktu.
b.
Bioteknologi Probiotik
Salah
satu hasil bioteknologi yang berhasil dikembangkan oleh CV. PKMF adalah GB#1
(Good Bacterial #1). GB#1 merupakan probiotik unggul terdiri dari kumpulan
berjuta-juta mikroorganisme positif yang mampu bekerja secara sinergi bagi
kehidupan manusia. GB#1 yang berhasil dikembangkan sampai saat ini adalah:
a. GB
#1 Profeed
Gambar
4. GB#1 Profeed
Merupakan
produk hasil pengembangan bioteknologi temuan Pendawa Kencana Multi Farm. GB#1
Profeed berisi koloni mikroorganisme
yang terdiri dari bakteri, fungi, acynomyctes yang diisolasi dari alam,
bersifat bersahabat atau bersinergi (pro) dengan kehidupan (biotic) maka
disebut Probiotik. GB#1 Profeed
bekerja secara enzymatis (menghasilkan enzim) yang berfungsi memecah
protein (proteolikik), karbohidrat struktural (selulolitik,
hemiselulolitik, lignolitik), dan lemak (lipolitik) serta dilengkapi
dengan bakteri Nitrogen Fiksasi non simbiose, bakteri
Phospat, dll.
Dampak
positif dari proses penyerapan yang berjalan melalui fermentasi yang sempurna
adalah feses betul-betul tinggal ampas, kotoran relatif kering dan bau kotoran
tereduksi. Hasil uji laboratorium maupun pengalaman dilapangan tingkat
kecernaan pakan mencapai 20%. GB#1 Profeed dapat digunakan produsen pakan
ternak atau pun peternak untuk dicampurkan pada produksi pakan bentuk pelet
karena GB#1 Profeed dapat stabil hingga suhu 120° Celcius.
b. GB#1
Proquatik
Gambar
5. GB#1 Proquatic
Merupakan probiotik yang berisi
koloni bakteri pengurai pada air dimana memiliki fungsi membantu proses
pertumbuhan ikan karena mampu menghasilkan plangkton alami untuk pakan alami
ikan pada umumnya. GB#1 Proquatic mampu
menciptakan siklus kehidupan perairan secara alamiah, dengan melengkapi dan
mendorong kehidupan mikroba pengurai dan mikroba pembentuk plankton dan
menciptakan dominasi bakteri yang pro dengan kehidupan (Probiotik) sehingga
vitalitas dasar tambak meningkat, ekosistim perairan menjadi stabil dan
seimbang.
c. GB#1
Propunic
Gambar
6. GB#1 Propunic
Merupakan
probiotik yang berisi koloni bakteri pengurai dimana memiliki fungsi dekomposisi
limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan kompos yang akan memperkaya unsur
hara tanah. GB #1 Propunic mengandung sebagian besar bakteri fotosintetik, dan
bakteri asam laktat yang berfungsi sebegai proteolitik, lignolitik, selulotik,
amiolitik, lipolitik, pengurai sulphur, pelarut phospat, dan penambat nitrogen.
Beberapa manfaat dari GB#1 Propunik adalah:
1)
Mencegah bau tak sedap pada
kandang, kotoran ternak, septic tank
dan limbah rumah tangga
2)
Mempercepat proses dekomposisi bahan-bahan organik
3)
Aktifator pembuatan pupuk
organik
4)
Menurunkan 60-70% tinja pada Septic-Tank dalam waktu 7-10 hari dan menghilangkan
baunya.
5)
Merawat tanah resapan agar
selalu berfungsi dengan baik.
6)
Mencegah mampatnya saluran
cucian piring, kamar mandi dan selokan, sekaligus menghilangkan bau.
7)
Menetralisis limbah industri.
d. Pupuk
cair Organik ”Pendawa Subur”
Gambar
7. Pupuk Organik Pendawa Subur
Pupuk organik cair ini terdiri dari beberapa
varian yakni: khusus tunas dan biji, khusus pertumbuhan, serta pembungaan dan
pembuahan. Pupuk ini merupakan perangsang pertumbuhan
pada tanaman yang alami dimana mempunyai kandungan unsur hara lengkap, terdapat chlorophyll sehingga baik untuk
merangsang pertumbuhan.atau pembungaan dan pembuahan.
e. Pestisida
Organik “Pendawa Ampuh”
Gambar 8. Pupuk Organik Pendawa Ampuh
Merupakan pestisida organik yang terbukti ampuh memberantas hama dan
penyakit secara ramah lingkungan tanpa menimbulkan efek negatif bagi lungkungan. Pestisida Organik “Pendawa Ampuh” mengandung berbagai jenis tanaman, seperti daun imba, tembakau dan tanaman lainya yang alami dan sangat
efektif bila digunakan untuk mencegah hama dan penyakit.
C.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERTANIAN TERPADU CV. PENDAWA KENCANA MULTY FARM
Pembangunan pertanian
sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berada di dalamnya. Apabila
sumber daya manusiam meiliki motivasi yang tinggi, kreativitas, dan mempu
mengembangkan inovasi, maka dapat dipastikan pembangunan pertanian dapat
semakin baik. Oleh karena itu perlu diupayakan sebuah pemberdayaan (empowerment) petani untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia. Dimulai dari status kurang berdaya menjadi lebih
berdaya, sehingga akan timbul rasa bertanggung jawab dan kemajuan pada diri
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebenernya mengacu kepada
kata empowerment, yaitu sebagai upaya
untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pada
dasarnya memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskikan dan keterbelakangan (Setiana, 2005)
Sejauh ini CV. PKMF telah
berusaha mewujudkan misi perusahaan sebagai wadah atau tempat dalam melakukan
sosialisasi, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia khususnya petani
untuk bisa lebih maju. Pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh CV. PKMF dalam
membina petani mulai menggunakan konspet Total
Quality Manajement (TQM) artinya bahwa pelaksanaan pelatihan seluruh
komponen menggunakan standar kualitas tertentu. Penelitian yang dilakukan Tall
dan Hall (1998) menyebutkan bahwa dengan menggunakan teknik TQM akan
menghasilkan produk berkualitas yaitu berupa kegiatan pelatihan yang mampu
memberikan kepuasan bagi pengguna jasa (traine).
Dengan demikian dalam penerapan pelatihan teknik TQM berarti harus meningkatkan
perbaikan mutu (quality improvement). Sukino
(2013) mengidentifikasi dalam perbaikan mutu melalui TQM hal yang harus
diperhatikan meliputi:
1.
Materi Pelatihan
Materi
pelatihan merupakan komponen utama dalam sebuah forum pelatihan. Hal yang pokok
ini menjadi kunci keberhasilan apakah sebuah pelatihan akan mampu meningkatkan
kemampuan petani (memberdayakan). CV. PKMF dalam memberikan pelatihan telah
menyusun sebuah materi pelatihan berdasarkan kebutuhan petani atau peserta
pelatihan. Materi pelatihan terdiri dari teori dan praktik atau simulasi
percobaan dimana meliputi:
a. Pertanian
tanaman pangan dan hortikultura (padi, polowijo, sayuran, buah-buahan, bunga,
jamur) hingga pascapanen dan pemasarannya.
b. Peternakan
(kambing etawa, kambing jawa, sapi potong, sapi perah, ayam kamper, burung kicau,
dll) baik pascapanen maupun pemasarannya.
c. Perkebunan
(kelapa, karet, kopi, tembakau, tebu, dll) pengolahan dan pemasaran
d. Perikanan
(lele, kakap, nila, gurameh, nilakap dll) mulai dari pemijahan, pembesaran,
pascapanen dan pemasaran.
e. Pengolahan
limbah (limbah pertanian, agorindustri, industri pabrik, dan konservasi
perkebunan)
2.
Metode Pelatihan
Metode
pelatihan merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelatihan
kepada peserta pelatihan yang diberikan. Metode pelatihan yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis pelatihan. CV. PMKF telah menggunakan beberapa metode
pelatihan meliputi:
a.
Ceramah
Merupakan pidato yang disampaikan
oleh seorang pembicara di depan peserta pelatihan. Metode ini dipilih oleh CV.
PKMF dalam mengadakan pelatihan karena memiliki beberapa keunggulan
diantaranta:
1)
Dapat dipakai dalam pendidikan orang
dewasa
2)
Menghabiskan waktu dengan baik
3)
Dapat dipakai dalam kelompok yang besar
4)
Tidak terlalu banyak melibatkan alat
bantu
5)
Dapat dipakai sebagai penambah bahan
yang sudah dibaca
6)
Dapat dipakai untuk mengulangi atau
memberi pengantar pada pelajaran atau aktivitas.
b.
Diskusi Kelompok
Merupakan percakapan yang
direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik terstentu
dengan seorang pemimpin. Keunggulan dari metode ini adalah:
1)
Memberikan kemungkinan untuk saling
mengungkapkan pendapat
2)
Merupakan pendekatan yang demokratis
3)
Mendorong rasa kesatuan
4)
Memperluas pandangan
5)
Membantu mengembangkan kepemimpinan
3.
Pelatih
Pelatih dalam pelatihan pertanian
merupakan pelaksana program dimana kemampuanya menjadi kunci keberhasilan.
Dengan demikian pelatih harus memiliki kemampuan, skill, dan kesiapan fisik. Dalam mengadakan sebuah pelatihan CV.
PMKF menunjuk langsung Direktur ataupu Manajer perusahaan yang memiliki
kualitas yang tidak diragukan lagi. Diantaranya adalah Prof. Dr. Ir. Gembong
Danudiningrat selaku direktur CV. PMKF yang memiliki qualify sebagai seorang pengajar, pelatih, guru besar UGM dengan
segudang pengalaman baik di dalam maupun di luar negeri. Selain beliau sendiri,
juga dibantu oleh seorang manajer yang bernama Ir. Budi Raharjo. Seorang
peneliti dan pelatih yang telah menyelesaikan studi program master di Perancis.
Dengan diampunya pelatihan oleh orang-orang yang berpengalaman makan program
pelatihan CV. PMKF telah dipercaya oleh perusahaan-perusahaan besar baik
transnasional maupun multinasional, bahkan hingga kalangan dinas pemerintahan.
4.
Tempat pelatihan dan alat bantu
Tempat
pelatihan (gedung) merupakan sarana yang sangat penting dalam mencapai tujuan
pelatihan. Dengan demikian tempat pelatihan harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
a) Lokasi
penempatan tempat pelatihan
CV.
PKMF telah memiliki tempat khusus yang digunakan untuk mengadakan pelatihan,
sosialisasi, dan training bagi
petani. Tempat pelatihan dibagi menjadi 2 yakni indoor yakni terletak di dalam ruangan atau menempati gedung serba
guna CV. PKMF dan outdoor atau praktik
langsung ke lapangan dan kebun percobaan yang dimiliki oleh CV. PKMF. Pertimbangan dengan dipilihnya lokasi
di dalam dan di luar ruangan adalah supaya peserta pelatihan tidak mudah jenuh
dan senantiasa bersemangat mengikuti proses pelatihan. Sehingga apa yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
b) Kelengkapan
fasilitas pelatihan
Kelengkapan
fasilitas pelatihan sangat penting dalam rangka menunjang dan menciptakan
suasana nyaman selama proses pelatihan. Beberapa kelengkapan yang juga
diperharikan oleh CV. PKMF dalam menyediakan pelatihan-pelatihan meliputi:
1)
Kelengkapan perabot seperti: tempat
duduk peserta; meja tulis; dan podium
2)
Kelengkapan alat bantu: white board, dan spidol; poster atau wallpaper; over head proyektor; slide
proyektor; video/film; multimedia; model dan contoh; hand out.
3)
Fasilitas luar ruangan:
seragam/wearpark; sepatu boat; skop; sprayer dan alat-alat pertanian,
peternakan, maupun perikanan.
5.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pelatihan di CV. PKMF
Sejauh
ini CV. PKMF telah berusaha mewujudkan misi perusahaan sebagai wadah atau
tempat dalam melakukan pemberdayaan sumber daya manusia khususnya petani untuk
bisa lebih maju dan mandiri. Salah satu wujud untuk menjalankan misi tersebut
adalah CV. PKMF giat melakukan pengembangan sumber daya petani yang dimulai
dengan melakukan sosialisasi, dan pelatihan kepada petani. Beberapa kegiatan
pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan sumber daya petani yang pernah diselenggarakan
oleh CV.PKMF selama penulis menjalankan Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut:
a) Pelatihan
Bioteknologi Bidang Pertanian Komplek (PT. Asian Agri Riau)
Asian Agri merupakan
salah satu perusahaan sawit terbesar di wilayah asia dan memiliki perkebunan
yang tersebar di berbagai wilayah seperti pulau Sumatra dan Kalimantan. Saat
ini perkebunan sawit telah memasuki masa replanting
atau masa penanaman bibit kembali dalam rangka memperbarui kualitas pohon
sawit. Pada masa ini petani sawit binaan PT. Asian Agri secara tidak langsung
sudah tidak lagi mendapat penghasilan melalui hasil sawit yang mereka kelola,
maka dari itu perusahaan berinisiatif mengirimkan petani-petani ke CV. PKMF
dalam rangka belajar pertanian terpadu untuk menjadi sumber pendapatana baru
selagi menunggu masa replanting pohon
karet.
Pelatihan bioteknologi
komplek di bidang pertanian meliputi bioteknologi pembuatan pupuk cair, pupuk
kompos, pembuatan zat pengatur tumbuh, agroindustri manisan dan instan herbal
dimana kesemua itu menggunakan bahan-bahan yang dapat diperoleh di sekitar.
Pada tahapan pelatihan teori, peserta pelatihan diberi bekal
pengetahuan-pengetahuan akan potensi lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk alami dalam rangka mengatasi permasalahan seperti hama dan
penyakit pertanian. Tahapan ini menuntut peserta untuk paham secara teori, dan
disela-sela pelatian teori, para peserta menunjukkan antusias dengan berdiskusi
tentang apa yang pernah ada di lingkungannya. Dengan diskusi ini peserta
terlatih dalam menangkap masalah dan mulai menemukan peluang untuk memecahkan
permasalahannya berdasar potensi alam yang ada di sekitarnya.
b) Pelatihan
Budidaya Jamur Tiram (PT. Asian Agri Riau)
Budidaya jamur tiram
akhir-akhir ini menjadi tren yang cukup digemari bagi masyarakat Indonesia.
Peluang bisnis karena meningkatnya permintaan konsumen menjadikan komoditas ini
mulai banyak diminati bagi para petani pembudidaya maupun pengembang bibit dari
jamur tiram. Jamur tiram yang biasa dikembangkan adalah jamur tiram putih.
Jamur tiram putih biasa digunakan sebagai bahan sayuran, olahan keripik, bahkan
gorengan. Yogyakarta sebagai sentra jamur tiram putih menjadi destinasi petani
untuk belajar membudidayakannya. Diantaranya adalah CV. PKMF yang menjadi
destinasi dari PT. Asian Agri Riau untuk mengirimkan petaninya belajar mengenai
jamur tiram.
Gambar 11. Simulasi Pembuatan F1
Jamur Tiram Putih
c) Pelatihan
Pertanian Terpadu
Selain pemberdayaan
petani melalui pelatihan, CV.PKMF juga mengadakan program pelatihan bagi
lembaga-lembaga pendidikan salah satunya adalah Pondok Pesantren (Ponspes) Al
Kahfi dari Kebumen. Ponpes Al Kahfi Kebumen mengirimkan 3 orang delegasi untuk
mengikuti pelatihan disana. Ketiga peserta pelatihan diberi bekal ilmu dan
diajak untuk melihat potensi alam yang ada disekitar pesantren mereka. Pada
tahapan ini peserta mulai mengusulkan untuk diberi materi pelatihan yang sesuai
dengan masalah serta potensi yang ia ketemui di lingkunganya.
Salah satu materi
pelatihan adalah dengan pengembangan sayuran-sayuran organik untuk memanfaatkan
lahan pekarangan kosong yang masing ada di sekitar pesantren. Dengan
pemanfaatan ini diharapkan mampu menambah nilai ekonomi dan bermanfaat bagi
kegiatan pesantren baik dari segi pemenuhan kebutuhan maupun peningkatan minat
santri untuk berwirausaha pertanian.
Gambar 12. Pelatihan Bersama Ponpes
Al Kahfi dan KWT dari Surakarta
Selain dari Ponpes Al
Kahfi, pelatihan pertanian di waktu yang lain juga diikuti oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) asal Surakarta dan calon pegawai pensium PT. Astra Agrolestrari Tbk.
Para anggota KWT yang mayoritas adalah ibu rumah tangga ini mengikuti pelatihan
bertanam sayuran di pekarangan sekitar mereka. Sedangkan untuk anggota PT. Astra
Agrolestrari menerima bekal materi berbisnis melalui pertanian organik. Dengan
adanya pelatihan ini, diharapkan peserta memperoleh tambahan belkal untuk
bisnis ataupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Gambar 13. Pelatihan Kewirausahaan
PT. Astra Agrolestari Tbk.
d) Konsultasi
Pertanian dan Kewirausahaan
Selain aktivitas kerja
pada umumnya, biasanya CV.PKMF senantiasa memberikan waktu luang untuk memberi
jasa konsultasi pertanian dan kewirausahaan. Banyak tamu yang berkunjung di
setiap pekannya untuk melakukan konsultasi, transaksi dan kerjasama bisnis. Jasa konsultasi
ini terbuka untuk kalangan umum baik petani maupun para akademisi bahkan pihak
pemerintahan. Tak mengherankan selama penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan
hampir setiap hari selalu ada tamu yang berkunjung untuk mencari informasi dan
melakukan konsultasi mengenai pertanian.
Konsultasi pertanian dan kewirausahaan dibuka di
jam-jam kerja dari hari senin hingga minggu dimana pengampunya adalah Ir.
Gembong Danudiningrat beserta Ir. Budi Raharjo. Dengan adanya jasa konsultasi
ini para petani semakin paham, semakin bertambah motivasinya dalam
mempraktekkan ilmu yang telah ia dapat di program pelatihan. Motivasi inilah
yang nantinya akan menjadi modal penting dalam rangka meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan para petani binaan. Dengan
adanya konsultasi ini, proses pemberdayaan dan perubahan sikap petani
menunjukkan perkembangan yang baik. Keramahan, gaya bahasa yang supel dalam
melayani petani menjadi kunci sukses program pemberdayaan pelatihan. Selain
itu, konsultasi ini juga merupakan wujud kesinambungan dalam melakukan
kontroling terhadap para petani.
Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat sebenarnya
mengacu kepada kata empowerment,
yaitu upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh
masyarakat dengan cara menemukenali masalah yang dimiliki serta mencari solusi
dari masalah tersebut. Setiana (2005) menyebutkan bahwa memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskikan
dan keterbelakangan. Untuk itu dalam rangka mencapai kondisi yang mandiri
sebenarnya para petani harus mulai melakukan perubahan dengan mempraktekkan
ilmu yang telah didapatkannya. Kondisi mandiri dan tidak lagi adanya
kebergantungan pihak petani inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan proses
pemberdayaan.
V.
KESIMPULAN DAN SARANA.
Kesimpulan
Berdasarkan Praktik
Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Yogyakarta maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
CV. Pendawa Kencana Multy Farm (PKMF)
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penelitian pertanian secara luas
(pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, bioteknologi terapan) serta
sektor agribisnis. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 199 dan terletak di Desa
Kepuh Harjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Perusahaan ini menjadi wadah bersosialisasi kepada masyarakat dalam
rangka pengembangan bidang pertanian secara luas dengan penerapan bioteknologi.
Perusahaan yang memiliki badan hukum CV ini dipimpin oleh Ir. KRM. H. Gembong
Danudiningrat selaku direktur utamanya.
2.
Kegiatan pertanian di CV. Pendawa
Kencana Multy Farm adalah pertanian terpadu dimana menerapkan konsep F4 yang
meliputi Food, Feed, Fuel, dan Fertilizer. Food merupakan hasil pertanian terpadu yang berupa bahan pangan
(sayur, buah, umbi, ternak, ikan dll).
Feed merupakan hasil pertanian terpadu yang berupa bahan pakan seperti
fermentasi jerami dan pelet dari bekatul.
Fuel merupakan hasil pertanian terpadu yang terdiri dari hasil-hasil energi
seperti pengolahan limbah menjadi briket, dan biogas. Fertilizer merupakan hasil dari pertanian terpadu yang terdiri
dari pupuk organik hasil olahan dari kotoran ternak, pupuk cair bioteknologi
hasil penelitian CV. PKMF.
3.
Program pemberdayaan masyarakat
pertanian terpadu pada CV. Pendawa Kencana Multy Farm Yogyakarta mulai
menerapkan Total Quality Manajement (TQM)
dimana pelaksanaan pelatihan seluruh komponen menggunakan standar kualitas
tertentu. CV. PMKF telah menyiapkan standar materi pelatihan, metode pelatihan,
pelatih (tentor), serta tempat pelatihan dan alat bantu yang mewadai. Dengan
adanya itu pemberdayaan masyarakat pertanian terpadu dapat berjalan lancar.
B. Saran
Berdasarkan Praktik
Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di CV. Pendawa Kencana Multy Farm Yogyakarta saran yang dapat
diajukan antara lain:
1.
Perlu adanya perbaikan
manajemen produksi khsusnya
pada komoditas pupuk Compossap yang memiliki permintaan konsumen besar namun
tidak diiringi dengan manajemen produksi yang memadai, sehingga nantinya mampu
memaksimalkan dan memberi tambahan penghasilan bagi peruahaan.
2.
Perlu
adanya pencatatan
dan pembukuan mengenai partner yang telah bekerjasama dengan CV. Pendawa
Kencana Multy Farm sebagai bukti tertulis dari kualitas yang dimiliki
perusahaan dalam memberikan program-program jasa pelatihan pertanian terpadu.
3.
Perlu dilaksanakan pengawasan secara
ketat terhadap kinerja karyawan harian CV. Pendawa Kencana Multy Farm dan
pembagian tugas yang fokus untuk setiap karyawan seta penambahan tenaga kerja.
4.
Perlu dibangunya kembali gedung riset
pertanian yang telah rusak supaya dapat digunakan untuk melakukan
penelitian-penelitian terbaru di bidang pertanian secara luas sehingga muncul
kembali terobosan yang diharapkan menjadi solusi pertanian di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengurus
Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia. 2013. Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini “Berdasarkan Pandangan Mahasiswa
Pertanian Indonesia”. http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/27a838c1d1
2d9f8f8fc2189805eedfa8.html. Diakses 5 Desember 2014
Hermanto
dan Dewa K. S. S. 2011. Penguatan
Kelompok Tani : Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 9(4), 371-390.
Hermanto,
F. 1981. Bahan Bacaan Pengantar Ekonomi Pertanian. Bogor: Pendidikan
Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Politeknik Pertanian Bogor
Karsidi.
2008. Pemberdayaan Masyarakat Petani Dan Nelayan Kecil. Semiloka Pemberdayaan Masyarakat di
Jawa Tengah dalam rangka Pelaksanan Otoda, Badan Pemberdayaan Masyarakat
Jateng, di Semarang 4-6 Juni 2002.
Koentjaraningrat,
(1987). Sistem Ekonomi Dalam Masyarakat
Petani. Jakarta: Rineka Cipta.
Krisnamurthi,
B. 2006. Revitalisasi Pertanian: Sebuah
Konsekuensi Sejarah dan Tuntutan Masa Depan. Dalam Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas
Mosher,A.T.
1991. Menggerakkan dan Membangun
Pertanian. Jakarta: CV. Yasaguna
Muslim,
C. 2006. Pengembangan Sistem Integrasi
Padi Ternak dalam Upaya Pencapaian Swasembada daging di Indonesia : Suatu
Tinjauan Evaluasi. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 3, September
2006 : 226-239
Preston,
T.R. 2000. Livestock Production from
Local Resources in an Integrated Farming System; a Sustainable Alternative for
the Benefit of Small Scale Farmers and the Environment. Workshop-seminar
"Making better use of local feed resources" SAREC-UAF, January, 2000.
Setiana,
Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia
Sumodiningrat,
G. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dan
Jaring Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia.
Supangkat,
G. 2009. Sistem Usaha Tani Terpadu,
Keunggulan dan Pengembangannya. Workshop Pengembangan Sistem Pertanian
Terpadu. Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 14
Desember 2009.
Sutanto.
2002. Penerapan Pertanian Organik (Menuju Alternatif dan Berkelanjutan).
Jakarta: Kanisius.
Syam,
Amiruddin, dan Saktyanu K Dermoredjo. 2000. Kontribusi
Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Bruto.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Triharso,
1992. Pembangunan Pertanian Berwawasan
Lingkungan Yang Berkelanjutan. ISAAA 1992. http://psi.ut.ac.id/Jurnal/5triharso.htm.
Undang-Undang
No. 19 Tahun 2013 tentang Perlingdungan dan Pemberdayaan Petani.
Wolf, Erick.
R, 1985. Petani Suatu Tinjauan
Antropologis. Jakarta: CV. Rajawali.