TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI: FUNGSI HAYATI MAKHLUK HIDUP
TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI
FUNGSI HAYATI MAKHLUK HIDUP
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kita
ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka
ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang
benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini.
Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat
untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di
Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman
hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin
tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna
sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan
makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
Pada tahun 1992, Australia merupakan satu dari 188 negara yang meratifikasi
Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati) dalam
Pertemuan Puncak Bumi di Rio. Melalui konvensi ini, masyarakat dunia mengakui
bahwa keanekaragaman hayati adalah ‘satu keprihatinan umum umat manusia, dan
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan’. Disadari
pula bahwa konservasi keanekaragaman hayati akan membutuhkan investasi yang
cukup besar, namun ia juga akan memberikan manfaat-manfaat nyata dalam bidang
lingkungan, ekonomi dan sosial. Konvensi ini menyadari bahwa ekosistem, spesies
dan gen telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Akan tetapi, pemanfaatan
ini harus dilakukan dengan cara dan angka yang dalam jangka panjang tidak mengakibatkan
pengurangan keanekaragaman hayati. Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Konvensi
Keanekaragaman Hayati dan konvensi-konvensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan
lainnya semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari praktek unggulan
perusahaanperusahaan pertambangan Australia didalam mereka melakukan bisnisnya.
Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai lingkungan. Pada
lingkungan terdapat faktor abiotik yang mempengaruhinya, seperti topografi,
geologi, dan iklim. Penyebaran makhluk hidup pada kondisi lingkungan abiotik
yang berbeda memberi kemungkinan adanya keanekaragaman hayati. Hewan dan
tumbuhan yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di perairan. Perbedaan
itu misalnya pada warna, bentuk dan ukuran. Perbedaan tersebutlah yang
menimbulkan keanekaragaman. Selain faktor lingkungan, keanekaragaman dapat
disebabkan oleg faktor gen.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian
kalimat di atas, dapat kita ambil rumusan masalahnya, yaitu:
1.2.1
Pengertian Fungsi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
1.2.2
Manfaat dan Kegunaan
1.2.3
Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan di Dunia
1.2.4
Pelestarian Keanekaragaman Hayati
1.2.5
Pengaruh Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
1.2.6
Faktor yang Memprngaruhi Keanekaragaman Hayati Makhluk
Hidup
1.3 Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana fungsi keanekaragaman
hayati makhluk hidup serta guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Fungsi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
Keanekaragamnan
hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati. Keanekaragaman dalam bahasa
Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati
dapatdi artikan sebagai Mahluk hdup (bio). Jadi secara luas Keanekaragaman
hayati merupakan beraneka macam mahluk hidup di bumi ini . Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Banyaknya keanekaragaman mahluk hidup ini meyebabkan diperlukannya pengenalan
lebih dini kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa keanekaragaman hayati
makhluk hidup sangan memberi manfaat bagi kehidupan dan melaksanakan perannya
untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Keanekaragaman
hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin
tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna
sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan
makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
3.2 Manfaat dan Kegunaan
Keanekaragaman hayati yang telah didayagunakan disebut sumber daya hayati.
Sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, tetapi yang
terutama adalah kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Lebih jauh
lagi, sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, serta
bermanfaat dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Yang tidak kalah
pentingnya adalah untuk menghasilkan pendapatan (Sastrapradja, dkk. 1989).
a. Pangan
dan pertanian
Keberhasilan dalam
memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk mencukupi kebutuhan pangan secara
nasional dapat disaksikan pada keberhasilan program “swasembada
pangan/beras”..?. Akan tetapi melihat pesatnya laju pertumbuhan penduduk, sulit
untuk terus-menerus mempertahankan keberhasilan menyediakan beras yang semakin
meningkat. Untuk itu, perlu dicanangkan kebijakan baru secara nasional dengan
tidak menumpukan pangan hanya pada beras melainkan dari keanekaragaman hayati
lain seperti jagung, ubi jalar, talas, sagu ubi, kayu dan kacang-kacangan serta
sayur-mayur secara maksimum.
Disisi lain, meskipun secara sintesis di laboratorium telah mampu
mengurangi ketergantungan terhadap tumbuhan dan hewan liar, kehadiran
spesies-spesiesnya masih diperlukan sebagai penghasil makanan, obat-obatan dan
bahan dasar industri. Seperti 20 spesies tumbuhan mendukung 80% dari makanan di
dunia, tiga diantaranya jagung, gandum dan padi merupakan pemasok 65% bahan
makanan ( Surasana, 1991).
b. Papan
Untuk memenuhi kebutuhan kayu guna keperluan perumahan, bahan yang
diandalkan masih langsung diambil dari alam di dalam hutan. Dilain pihak, kita
harus berlapang dada untuk menerima kritik dari luar terhadap cara pemerintah
kita dalam menangani pengeksploitasian hasil hutan. Secara nasional, kita
memiliki komoditas kayu unggul seperti jati, mahoni, rasamala, kayu besi,
cendana dan sebagainya terutama sebagai bahan baku pelbagai industri.
c. Kesehatan
dan obat
Lebih dari 40% resep obat yang di jual di Amerika Serikat mengandung bahan
kimia yang berasal dari spesies kehidupan liar: 25% tumbuhan, 12% jamur dan
bakteri, dan 6% dari hewan. Nilai ekonomi dari bahan obat ini bernilai sekitar
40 juta US$ pertahun (Surasana, 1991). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
manfaat dan kegunaan keanekaragaman hayati dalam pemeliharaan kesehatan melalui
penyediaan bahan baku obat-obatan.
Sekalipun penyediaan sarana kesehatan dalam dasawarsa terakhir ini semakin
“baik”..?, di negara kita peran jamu tradisional sebagai penunjang sistem
pengobatan modern masih sangat diperlukan, hal ini terbukti dari makin
meningkatnya omset industri jamu di Indonesia. Berbagai jenis jamu seperti jamu
beras kencur, galian singset, jamu habis bersalin, jamu pegal linu adalah jamu
yang terus-menerus digemari orang, sehingga penyediaan bahan bakunya perlu
mendapat perhatian dalam arti sangat diperlukan pengelolaan sumberdaya hayati
dan keanekaragaman hayati di masa yang akan datang.
d. Industri
Banyak produk industri penting memerlukan bahan dasar dari tumbuhan, dan
sebagian lagi memerlukan bahan dasar dari hewan. Umumnya berasal dari kehidupan
yang telah dipelihara, meskipun demikian dalam peningkatan kualitas secara
genetika sangat diperlukan varietas-varietas dari asalnya yang bersifat liar.
Karet sebagai salah satu bahan baku industri merupakan derivat dari bahan
tumbuhan, meskipun substitusi sintetiknya telah dapat dibuat, namun hasil karet
alam masih dibutuhkan sekitar sepertiga dari pemanfaatan dunia, karena
kualitasnya yang tetap sangat baik. Lebih dari 70% dipakai untuk ban kapal
terbang, truk, bus dan kendaraan lainnya. Dengan demikian bahwa keanekaragaman
hayati sangat penting dalam pengadaan bahan-bahan baku industri.
3.3 Keanekaragaman Hayati di
Indonesia dan di Dunia
Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti jumlah sesungguhnya dari
spesies tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi ini. Perkiraan yang ada
sekitar 5-30 juta spesies atau lebih. Studi terbaru di daerah tropika
menggambarkan bahwa untuk insekta saja ditaksir sekitar 30 juta spesies.
Disamping spesies yang masih hidup, dunia ini juga pernah dihuni mahluk
yang kini sudah punah, yang jumlahnya sukar ditaksir. Dalam tahun 1984,
berdasarkan perkiraan waktu itu total spesies adalah 5-10 juta spesies, dan
diperkirakan setiap hari musnah 1 spesies atau 400 spesies pertahunnya. Pada
tahun-tahun terakhir ini, percepatan kemusnahan spesies mahluk hidup akan
meningkat. Pada tahun 1990 kemusnahan mencapai 10.000 spesies dan diperkirakan
pada tahun 2000 akan musnah 50.000 spesies (Surasana,1991).
3.4 Pelestarian Keanekaragaman
Hayati
Banyak sekali permasalahan manusia, seperti populasi yang tinggi,
kelaparan, dan perusakan habitat yang merupakan awal permasalahan kerusakan
keanekaragaman hayati yang perlu diketahui pemanfaatan dan diperhatikan
pelestariannya (Wilson, et al. 1988). Oleh karena itu perlu dikembangkan
strategi konservasi yang dikaitkan dengan rehabilitasi lahan yang terdegradasi
dan diperlukan pencegahan kemusnahan spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang
semakin parah.
Untuk menjawab tantangan di atas, strategi global keanekaragaman hayati
Indonesia telah menyusun strategi Nasionalnya dengan tujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati sebanyak mungkin sejalan dengan pelaksanaan kebijakan
pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tema yang searah
dengan keanekaragaman hayati ini adalah perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan secara berkelanjutan.
Melestarikan
keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas pertama untuk
memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-situ” , baik di
dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan pantai, hutan-hutan
maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah pelestarian. Sedangkan
pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang bermanfaat bagi
perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman
hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3). Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi kultivar, bank gen,
program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.
Perlu kiranya ditekankan bahwa pusat pelestarian, baik untuk jenis bersama
plasmanutfahnya baik secara ex-situ maupun ekosistem in-situ, tidak memerlukan
populasi dan area yang tidak terbatas. Untuk masing-masing jenis itu hanya
diperlukan sejumlah populasi yang mewakili. Demikian juga untuk ekosistem
diperlukan area tertentu saja agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan
adanya ketentuan populasi atau area minimum ini dua sasaran dapat dicapai.
Pertama tetap memfungsikan unit pelestarian, dan kedua area sisanya digunakan
dalam pemanfaatan.
Untuk pelestarian plasmanutfah, beberapa segi perlu diperhatikan.
Plasmanutfah itu dilestarikan untuk menjamin tersedianya bahan baku yang
diperlukan untuk pengembangan pertanian di masa depan. Jaminan ini akan ada
keanekaragaman. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha melestarikan
plasmanutfah adalah modus, sasaran/pendekatan, metode dan pelaksana.
Pelestarian plasmanutfah dapat dilakukan di tempat aslinya atau secara
in-situ atau di luar habitat aslinya atau ex-situ. Pelestarian in-situ yang
telah dikenal dan dilaksanakan di Indonesia adalah cagar alam, taman
margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan hutan lindung. Untuk ex-situ
telah dikembangkan seperti kebun kampus, kebun koleksi, kebun raya, kebun
binatang, taman burung, taman safari dan koleksi pribadi.
Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelestarian dalam tiap
kategori, diperlukan kerjasama inter-sektoral, peran serta masyarakat,
identifikasi penelitian, kebutuhan akan pelatihan dan informasi, peraturan
hukum yang efektif, pengelolaan yang handal, sumberdaya manusia dan sumber dana
yang cukup, dan penilaian ekonomi tentang untung rugi pelestarian.
3.5 Pengaruh
Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
Terdapat dua akibat dari kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati
yaitu sebagai berikut:
a) Kegiatan
yang mengakibatkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati yaitu antara lain:
·
Ladang berpindah
·
Intensifikasi pertanian
·
Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang unggul
mengakibatkan terdesaknya bibit lokal
·
Perburuan liar dan penebangan liar
·
Industrilisasi
b) Kegiatan
manusia yang tidak menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati:
·
Penghijauan dan reboisasi
·
Pengendalian hama secara biologi
·
Penebangan hutan dengan perencanaan yang baik
·
Usaha pemuliaan hewan dan tanaman
·
Usaha-usaha pelesarian alam
3.6 Faktor yang Memprngaruhi Keanekaragaman
Hayati Makhluk Hidup
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat
Fragmentasi habitat terjadi akibat pembukaan lahan untuk berbagai keperluan
manusia. Sebagai akibat, populasi hewan atau tumbuhan terpecah menjadi
komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap gangguan. Dalam populasi yang
kecil, kemungkinan tidak terdapat cukup organisme dalam usia produktif.
Ketahanan
suatu populasi terhadap kepunahan bergantung pada:
·
Besar populasi tersebut
·
Pebandingan laju kelahiran dan laju kematian
2.
Pencemaran lingkungan
·
Perubahan iklim global akibat pencemaran udara,
diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan makhluk hidup.
·
Akumulasi pencemaran seperti DDT, dioxin, dll.
Dalam perairan telah mengakibatkan kematian sebagai populasi spesies seperti,
anjing laut, paus dan limba-lumba (berbagai pencemar organik laut dalam dan
terakumulasi dalam tubuh manusia).
3. Perubahan
hewan liar
·
Perubahan hewan yang berlebihan telah mengakibatkan
kepunahan bagi spesies dalam sejarah.
·
Kini banyak hewan yang populasinya terancam karena
diburu untuk dijadikan sumber-smber makanan, diperjual belikan hidip-hidup dan
diambil bagian tertentu dari tubuhnya.
4.
Pengendalian predator
·
Populasi hewan atu tumbuhan yang tidak diinginkan
telah sengaja diberantas oleh manusia.
·
Penggunaan pestisida, hebrisida, dan lain-lain sering
kali menurunkan populasi spesies yang bukan merupakan sasaran utama.
5.
Introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja)
·
Spesies yang masuk habitat yang bukan habitat asalnya
dapat menjadi "pencemaran bilogis". Suatu organisme yang dikeluarkan
dari habitat aslinya kemingkinan menjadi terbebas dari pemangsa, pesaing,
parasit atau penyakit yang mengendalikan populasinya dalam kondisi alami. Pada
habitatnya yang baru organisme ini kemungkinan dapat tumbuh dan berkembang baik
dengan pesat dan mengalahkan populasi asli.
·
Spesies eksotis juga dapat membawa penyakit yang baru
kedalam suatu daerah.
6. Asimilasi
genetik
·
Spesies langka dapat menjadi terancam apabila
berkembangbiak silang dengan spesies berkerabat dekat yang berjumlah lebih
banyak atau lebih kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati dapat
dikelompokkan kedalam tiga taraf, yaitu; pertama taraf ekosistem, kedua taraf
jenis, dan ketiga taraf plasmanutfah. Ketiga taraf ini tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Keanekaragaman plasmanutfah terjadi bila ada jenis,
keanekaragaman jenis terjadi bila ada ekosistem. sedangkan ekosistem sendiri
tidak akan berarti bila tanpa kehadiran jenis.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama
kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan industri, Keadaan Indonesia yang berbhineka ini, menciptakan
keanekaragaman hayati yang luar biasa dan unik, ditinjau dari variasi dan
variabilitas dari spesies, genera dan ekosistemnya. Habitat alaminya yang
beragam, sumber nabati dan hewani yang kaya, serta tingginya nilai endemik
spesies, maka Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas
pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian
“in-situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan
pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah
pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang
bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman
hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3).
Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4).
Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi kultivar, bank gen, program
penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.
3.2 Saran
Berdasarkan
permasalahan diatas kami sebagai generasi muda berharap, keanekaragaman hayati
yang ada di Indonesia maupun didunia tetap terjaga dan dilestarikan dan menjadi
tugas kita semua untuk melestarikan keanekaragaman yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
- Rio Tinto, 2004, Rio Tinto’s biodiversity
strategy; sustaining a natural balance, Rio Tinto PLC, London.
- Tongway D, 1999, Assessing rehabilitation success
– a training course to understand, assess and monitor
the success of mine rehabilitation using Ecosystem
Function Analysis Indicators, CSIRO, Canberra.
·
O’Gara, E,
Howard, K, Wilson, B, & Hardy, GEStJ, 2005, Management of Phytophthora
cinnamomi for Biodiversity Conservation in Australia: Part 2 – National Best
Practice.