Cerpen "Oh Ibu" (Finalis Lomba Nulis Populer Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro 2013)
“ Oh Ibu...”
Siang hari yang begitu menyengat seiring dengan
pemandangan sawah yang membentang nan jauh menemani langkahku sepulang dari
sekolah. Delapan kilo meter nampaknya tak berasa jauh bagiku. Semangatku untuk menuntut ilmu hingga jenjang yang tinggi
senantiasa aku kejar, senantiasa aku pupuk ditengah besarnya badai keterbatasan
yang menyelimutinya. Namun lagi dan lagi, suara itu kembali muncul dibenakku.
“Anak orang miskin itu gak usah sok mau kuliah di
perguruan tinggi negri, sok cari beasiswa lagi...”
Itulah aungan yang senantiasa dan setiap waktu muncul di benakku, mencoba
menakutiku, mencoba memburamkan mimpiku. Komentar seorang tetangga yang kerap
kali menyiutkan mimpiku untuk mengecap pendidikan di perguruan tinggi negeri. Aku menyadari walaupun lahir
ditengah keluarga yang bisa dibilang sangat sederhana, di tengah-tengah desa
nan jauh dari kota, namun aku tetap berhasrat untuk mencoba menerobos melewati
lubang yang sangat sempit demi sepercik mimpi. Mimpiku, mimpi ibuku, mimpi keluargaku, mimpi untuk
melanjutkan kuliah diperguruan tinggi negeri.
*****
Hari ini begitu cerah, terlebih hari ini adalah hari yang pengumuman seluruh siswa-siswi yang direkomendasi untuk
mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri berdasarkan nilai rapor SMA. Dan
alhamdulillah ternyata namaku
tercantum diantara empat puluhan siswa-siswi program IPA yang siap bertempur
menghadapi siswa lain seluruh Indonesia demi memperebutkan sebuah kursi di
perguruan tinggi. Perasaan syukur tak hentinya aku panjatkan kepada Allah yang
memberi pencerahan akan mimpiku itu.
Segera kuraih kertas pengumuman itu, dan ternyata bertenggerlah namaku
diperingkat 22. Walaupun aku gagal meraih paling tidak peringkat 10 besar
program IPA sekolahku, aku tetap bersyukur dan terus bersemangat mencari info
mengenai kuliah di perguruan tinggi dengan beasiswa.
Bersama beberapa teman sekelasku, aku segera bergegas menuju kantor
Bimbingan Konseling untuk mencari informasi beasiswa kuliah di perguruan
tinggi. Perasaan was-was masih menyelimutiku mengingat tahun lalu hanya sedikit siswa yang
beruntung untuk mengajukan beasiswa ini.
Segera kubuka pintu dan masuk kedalam ruang Bimbingan Konseling. Aku duduk
bersampingan dengan Agus teman sekelasku yang sekaligus berkedudukan sebagai ketua kelas. Senangnya lagi, aku dan Agus akhirnya di rekomendasi untuk
mengikuti program beasiswa Bidik Misi dari DIKTI. Program beasiswa perguruan
tinggi yang memberi kesempatan siswa yang tidak berkemampuan ekonomi untuk bisa
kuliah gratis dan ditambah uang saku untuk biaya hidup. Perasaan syukur kepada
Allah SWT dalam hati, serta ucapan terimakasih kepada pihak sekolahan yang
telah memberi kesempatan bagiku untuk setidaknya mencoba menembus SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2012. Oh
ibu.. anakmu akan kuliah, guaman dalam hatiku.
*****
Hari berikutnya, bertambahlah semangatku untuk mewujudkan mimpi itu. Mimpi
seorang remaja desa, remaja yang biasanya hanya membantu orang tuanya di sawah,
remaja dengan rumah sederhana, tak ada TV dan tak punya motor. Orang lain boleh
menganggapku keluargaku keluarga rendah, keluarga kecil dan pinggiran, namun insyaallah mimpi-mimpiku tidaklah sebatas mimpi anak jalanan. Itu lah motivasi ibuku, motivasi yang telah membakar semangatku senantiasa terpacu untuk maju.
Tibalah saatnya pendaftaran SNMPTN jalur Undangan. Aku memilih program
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (UB) Malang dan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
(UNNES) Semarang di pilihan selanjutnya. Tak ketinggalan juga
dengan sahabatku Agus. Aku rekomendasikan dia untuk memilih Universitas Brawijaya Malang agar nantinya ketika
sama-sama bertemu ketika diterima. Tidak hanya Agus saja, Indah, Mutiara dan
banyak lagi yang lainya aku ajak untuk mendaftar di universitas yang sama. Aku berharap kami bisa berjuang
bersama disana. Aku lebih berpikir tentang persahabatan kami selepas lulus SMA.
*****
Hingga pada saatnya, hari yang
aku dan teman-temanku tunggu telah tiba, hari
dimana akan memulai sejarah baru keluargaku, hari pengumuman SNMPTN. Dengan penuh
harap segera aku buka situs DIKTI, situs pengumuman SNMPTN. Tak ada rasa cemas
dan kawatir dalam benakku. Semangan dan hanya semangat itu saja yang di benak
pikianku.
Terlihat di situs pengumuman,
terpampang nama Arifin Budi Purnomo dinyatakan “TIDAK LOLOS”. Apa dikata, bukan kepalang ketika aku
membukanya. Aku dinyatakan tidak lolos seleksi. Sejenak tertegun membaca pengumuman tersebut. Seolah dunia nampak
buram, langit menjadi mendung, pandangan menjadi keruh. Aku bingung apa yang
terjadi hari ini, seolah aku tak bisa untuk mempercayai kenyataan yang terjadi. Aku tak percaya, aku tidak lolos SNMPTN, aku gagal
masuk perguruan tinggi, aku gagal mewujudkan mimpiku dan aku pun gagal
membanggakan ibu dan bapakku.
Aku merasa begitu bodoh,
mengingat tiga orang sahabatku yang dulunya bersama memilih UB Malang semuanya lolos. Bukan hanya itu, beberapa orang temanku
ternyata lolos di IPB, UNDIP, UNNES dan lainya. Sungguh tak aku sangka karena
statistik nilai rapor secara rata-rata aku selalu lebih baik dari mereka.
Ya Rabb Ya Tuhanku...
Aku tak mengerti keputusan Mu ini
Apakah seorang miskin ditakdirkan tidak berkesempatan duduk di perguruan tinggi ?
Apakah seorang miskin tidak boleh untuk bermimpi ?
Ya Tuhan...
Berilah petunjuk pada hamba
Berilah hamba kesempatan
Berilah hamba kekuatan
Kesempatan membuktikan kepada mereka
Bahwa kami...
Kami Bisa Ya TUHAN...
Hari yang begitu berat bagiku.
Aku tak mampu membawa nama orang tuaku yang selama ini mendukungku. Wajah ibu
yang terlihat larut dalam kesedihanku, raut mendung ayahku yang sejauh ini
selalu mendukungku. Seolah aku berdiri sendiri, meratapi
kegagalan, menghadapi keterbatasan keluarga bodoh
kami yang tak tau apa-apa, mengarungi ombak keterbatasan di tengah kicauan busuk orang-orang sekitar
“Makanya, gak usah sok daftarin anaknya ikut tes
SNMPTN segala. Toh juga gak lolos kan..?. Anak mu itu bodoh, kampungan, orang kampung gak pantes kuliah di kota”
Hatiku begitu berat menghadapi
kentyataan ini. Entah aku harus mengutarakan kepada siapa, meminta bantuan
kepada siapa. Tak ada yang mengetahui seluk beluk masuk perguruan tinggi.
Keluargaku, tetanggaku, ayahku, ibuku, teman sekitarku semua tak ada yang tau
pasti. Hanya pihak sekolah yang mengetahui, apakah ada tes kedua memasuki
perguruan tinggi.
Sejenak teringat bahwa
perjuanganku sebenarnya belum berakhir. Ternyata pihak sekolah menyarankanku
untuk mengikuti seleksi tertulis. Tak disangka masih ada seleksi ujian SNMPTN tulis dan ujian mandiri. Mengapa aku begitu lemah?. Mengapa aku
begitu pesimis?. Pertanyaan dari lubuk hati yang menyulut semangatku kembali.
Aku harus kembali bertempur, tak ada guna larut dalam kekalahan, lagi pula ini
baru kekalahan pertamaku. Masih banyak ronde yang berpeluang untuk dapat aku
rebut.
Malam bukan malam, siangpun
bukan siang. Hari dan hari aku habiskan untuk “megorak - arik” soal latihan SNMPTN Tulis tahun – tahun
sebelumnya. Aku habiskan sisa semangatku untuk menjawab soal-soal latihan. Aku
hinakan diriku di setiap sujud malam untuk sebuah permohonan. Aku ingin buat
pahlawan hidupku, ibuku, menangis bukan karena kesedihan yang selama ini
terjadi. Menangis haru karena aku lolos beasiswa perguruan tingi negeri.
Ya Rabb,
Engkau lah tumpuanku
Segala milik
Mu
Dan segala
merupakan keputusan Mu
Aku
pasrahkan nasibku, nasib keluargaku,
Hanya pada
Mu..
*****
Pada akhirnya hari pengumuman
SNMPTN Tulis telah tiba. Berharap tidak menemui kegagalan kedua kalinya.
Berharap Tuhan memberi keputusan terbaik Nya. Keputusan yang membuatku, membuat
bapakku, membuat ibuku, membuat keluargaku menangis bahagia. Memulai sejarah
baru hidupku dan membuktikan kepada mereka-mereka. Aku bisa, dan aku bisa, bisa
karena Nya.
Segera aku buka situs
pengumuman SNMPTN. Syukur alhamdulillah, kali
ini benar bahwa aku dinyatakan “LOLOS”. Lolos mendapat beasiswa Bidik
Misi untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Entah apa yang ada dalam benakku
saat itu. Tak mampu diriku mengucapkan sepatah katapun, melainkan rasa syukur
kepada Tuhan Rabbku.
Sepulang di rumah, aku sambut
ibuku dengan penuh rasa haru. Linangan air mata kebahagiaan mengantarkanku
dalam pelukan ibuku. Sejenak ingin
berbisik pada ibuku
Oh ibu...
Maafkan anakmu
jika selama ini belum bisa memberi yang terbaik untukmu
Mungkin sedikit
keberhasilanku ini
Setidaknya
membuatmu sedikit tersenyum
Walau terkadang
orang sekitar telah melumpuhkan semangatku
Namun engkau
selalu menguatkanku
Dan kini aku
mulai mewujudkan mimpi-mimpiku itu
Dan kelak
kesuksesanku
Untukmu
Wahai Ibuku...
**Sekian**