Pelajaran Berharga dari Ibu Penjual Makanan
By Arifin Budi Purnomo
Ketika itu kebetulan UAS masih berlangsung. Mata
kuliah PKN yang di
ujikan pada pagi itu. Persiapan belajar yang bisa dibilang cukup. Cukup kurang
penguasaan materi maksudku J, hehe. Namun sesampai di kampus, saya seperti
mendapat wangsit. Wangsit apa coba tebak?. Bukan contekan, bukan keenceran saat
ngerjain soal, bukan bantuan teman J. Melainkan adalah UAS hari itu bertipe
Open Book, alias boleh buka buku saat ujian berlangsung # yee... tepuk tangan.
Tidak salah berarti perhitunganku untuk tidur tidur siang kemaren haghag. Namun
di tengah kemudahan peraturan UAS itu saya masih menemui kesulitan juga (ini
yang salah soalnya apa orangnya ya) :D. Bukan begitu J, masalahnya walaupun
ujian sifatnya buka buku, saya waktu itu sama sekali gak bawa buku coba. Hmm
tolol banget ya,, sama aja gak open book kalau begitu Z’zz. Walaupun begitu,
bukan menjadi masalah bagiku untuk semangat mengerjakan soal yang sudah di
depan mata (Sok pinter hiks hik). Dengan waktu kurang lebih satu jam empat
puluh menit, cukuplah bagiku untuk nyelesaikan soal itu (padahal temen lain setengah
jam udah pada keluar). Akhirnya dengan sekuat tenaga seperti kuda, aku berhasil
menjawab semua soal yang notabene soalnya Cuma 4 buah dan semuanya mengarang
bebas haghag. Tapi gak papa,toh menurutku itu semua adalah perjuangan j. Ok?
Sehabis UAS hari itu selesai, aku langsung cabut keluar.
Di pertengahan perjalanan aku baru inget kalo sepeda si Arif temenku
ketinggalan di warung dari kemarin waktu makan siang #dasar pelupa :D. Aku
cukup panik waktu itu, karena hampir 90% dipastikan hilang karena Cuma aku
taruh dipinggir jalan. Dengan penuh permohonan pada Allah sang penolong, aku
terus berpasrah di sepanjang perjalanan. Sesampai diwarung yang kemaren aku
tidak buru-buru nanyain pada ibu warungnya, tapi aku lirik sebentar di deket
gerbong ada sepeda biru milik si Arif temenku, :D Hore,,,. Ucapan syukur
alhamdulillah aku panjatkan hanya pada Allah kala itu (gak jadi kehilangan uang
buat gantiin sepeda hilang maksudku hehe). Namun begitu sampai di beranda depan
ibu waarung justru ibu warunglah yang
nanyain sepeda itu padaku. Akupun menanggapinya dengan rasa cukup terharu, eh
maksudku rasa malu karena sifat keteledoran dan pelupaku. Ternyata ibu itu yang
menyimpanya agar tidak hilang. Akupun langsung mengucapkan terimakasih padanya dan
aku pun tak lupa untuk makan di warung ibu tersebut.
Sembari aku makan, aku dan ibu itu biasa ngobrol ngalor
ngidul bahasa jawanya hehe. Dari pengalaman sang ibu yang pernah ke luar negri
seperti malaysia dan saudi arabia hingga anak kost yang mau masuk islam atau
mualaf (subhanallah). Semuanya diceritakan
dengan penuh semangat bagaikan dongeng sebelum tidur malahan :D. Bukanya
membuatku menjadi mengantuk melainkan aku menjadi sangat bersimpati dengan
cerita yang ibu itu paparkan.
Pengalaman
yang cukup panjang hingga usia tua telah mendekatinya. Manis, asam, gurih,
pahit, vanilla, coklat, (kayak rasa eskrimlah) telah ia lewati. Namun ditengah
masa tuanya yang sekarang, ibu yang memiliki warumg makan bernama MM itu justru
menurutku dalam keadaan yang sangat sederhana. Bagaimana tidak, massa tuanya
yang seharusnya ia gunakan untuk bersenda gurau dengan para cucunya, justru ia
harus masih bergelut dengan dunia bisnis makanan. Hasil bersih yang ia dapatkan
perharinya bisa dibilang sangat tidak mencukupi. Bayangkan saya, perharinya ia
hanya rata-rata mendapatkan pemasukan bersih sebesar 10 hingga 15 ribu saja.
Bahkan ia pernah bercerita, perharinya hanya 5 ribu perak J. Untuk apa coba
uang 5 ribu perak itu?.
Ada
sesuatu yang mulia dibalik itu. Sang ibu membuka warung makan tersebut bukan
niatan mencari keuntungan pribadi yang sebanyak-banyaknya melainkan istilahnya
shodakoh. Ketika ada sopir yang kebetulan mampir, ia biasa mempersilakannya
untuk makan secara gratis dan dengan porsi mengambil sendiri. Selain itu,
jikalau pun ada seseorang yang makan dan dengan terpaksa ia tidak dapat
membayar, sang ibu juga mengikhlaskanya, Subhanallah… semua itu saya harap
beliau berniat karena Allah SWT. Aamiin
Dari
banyak cerita yang ibu ceritakan padaku, ada satu pesan moral yang saya
tangkap. Pesan yang tidak tersurat dalam sebuah cerita panjang tersebut adalah
“Menjalani kehidupan apapun dengan penuh semangat, iklhas, serta senag hati
apapun hasilnya, bukan kesuksesan fisik yang kita tuju, melainkan kesuksesan
kita besok di akherat” Subhanallah
Semoga
cerita kecil diatas dapat memberi pencerahan pada kita semua dalam memahami
arti kehidupan ini serta menjadi pribadi yang senantiasa belajar dari sebuah
proses. Salam semangat buat sobat-sobat seperjuangan ya J.
Kurangnya
mohon maaf, Assalamualai’kum Wr Wb