Bahasa Indonesia / Respon Mahasiswa Terhadap Pemberian Materi Bahasa Indonesia di Kelas
Respon Mahasiswa Terhadap Pemberian Materi Bahasa
Indonesia di Kelas
Pada
dasarnya setiap dosen mempunyai cara masing-masing untuk menyampaikan materi
pelajaran pada siswanya. Tujuannya hanyalah bagaimana caranya agar materi yang
diajarkan dapat dengan mudah dicerna dan
dimengerti oleh setiap mahasiswa. Terkadang cara dosen menyampaikan materinya
tidak tepat. Kebanyakan dosen sangat kurang untuk berinteraksi dengan siswanya
dan cara mengajarnya hanya menerangkan sub bab yang sedang dibahas dengan
tatapan mata yang selalu mengarah pada laptopnya yang sedang melangsungkan
slide show sehingga tidak sedikit mahasiswa yang beranggapan bahwa sang dosen
sedang mengobrol dengan laptop.
Pada pelajaran bahasa Indonesia,
kini baru aku temukan dosen yang melakukan cara pengajaran yang berbeda dengan
dosen lain yaitu beliau sangat lebih berinteraksi dengan siswanya sehingga
setiap pelajaran bahasa Indonesia terkadang seperti sedang melakukan diskusi.
Bagi sebagian siswa mungkin metode diskusi yang diterapkan oleh dosen ini
sangatlah efektif. Selain siswa dapat berargumen tentunya setiap orang yang
sedang melamun pun dapat ditunjuk untuk menyatakan pendapatnya. Namun metode
ini pun belum sepenuhnya baik karena terkadang siswa tidak mempunyai catatan
tentang pelajarannya karena mereka terbiasa diskusi dan sepertinya sangat
canggung untuk melakukan kegiatan menulis saat yang lain sedang berpendapat.
Apalagi disetiap pertemuan dengan pelajaran bahasa Indonesia ini pertemuannya
belum pernah membahas bab demi bab yang harus dipelajari. Jadi saat ujian
sisipan menjelang mahasiswa pun kebingungan karena tidak tau materi apa yang
harus dihafalkan.
Sisi negatifnya untuk pembelajaran
seperti ini yaitu para mahasiswa yang merasa kurang percaya diri atau tak bisa
untuk berargumen hanya mampu menganggukan kepala seolah tanda mengerti dengan
apa yang diajarkan serta memerhatikan pergerakan dan perpindahan sang dosen seolah
mereka fokus terhadap apa yang diungkapkan oleh dosen tersebut. Padahal mungkin
sebenarnya hanya simbol tanda tanya besar yang memenuhi pikiran mereka.